Sampai dengan penghujung tahun 2006, pohon bakau dan pohon api-api (mangrove) di pinggir pantai pertambakan Intensif Dipasena adalah sabuk hijau pengaman dari abrasi dan penghalang kuatnya hembusan angin laut, menjadi kebanggan masyarakat yang mendiami 16.000 hektar pertambakan Bumi Dipasena
Hamparan sabuk hijau itu menjadipemandangan indah,terjaga dan terawat, karena keperdulian dari perusahaan saat itu, tentang pentingnya mempertahankan hutan mangrove , perlu mendapatkan apresiasi, tapi kini air laut telah menjadi ancaman bagi petani tambak plasma.
Daerah yang paling parah dan rawan adalah sepanjang bibir pantai Kampung Bumi Dipasena Utama blok II dan Blok III dan Dipaena Agung blok IV dan Blok V, kalau dulu ketebalan hutan bakau/mangrove dari pinggir pantai ke lahan pertambakan sampai dengan jarak2 KM, kini tak satupun patang pohon itu masih tersisa,bahkan kanal besar yang sengaja dibuat oleh perusahaan PT Dipasena Citra Darmaja Saat itu telah bersatu dan bergandengan mesra dengan air laut tampa pembatas, padahal kanal-kanal itu seharusnya terlindungi dan hanya boleh masuk melalui pintu air utamanya,bila hal ini terus dibarkan,maka 3 tahun kedepan 2 kampung tersebut akan disapu bersih oleh air laut.
Perusahaan ini saat ini (PT CP prima) masih terus berupaya untuk melakukan perbaikan dan membuat tanggul pembatas,tapi sepertinya tidak maksimal,ini dimaklumi karena perbaikan dan pembuatan tanggul ini membutuhkan dana tidak sedikit bahkan lebih sulit dari mengendalikan lumpur lapindo di sidoarjo, sementara perusahaan ini masih mengalami kesulitan keuangan,dan perbaikan lingkungan belumlah menjadi prioritas.
###
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H