Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Aroma Rumput Basah

Diperbarui: 26 Januari 2020   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : leaflinlovernier.tumblr.com

Gemuruh air hujan menerpa padang ilalang
Aku dan yang disekelilingku diam membisu
Daun, ranting, dan dahan semua jadi basah
Hujan begitu deras menyirami muka bumi

Kuteguk segelas kopi hangat di minggu pagi
Semakin dekat kurasakan resah nyanyian hati
Ketika gejolak jiwa menjerit tak bersuara
Aroma rumput basah meredam kegundahan

Hujan di luar semakin menjadi-jadi membasahi
Ingin rasanya kuberlari mengejar seribu bayang
Mimpi yang selama ini bergayut dalam dada
Pecah disegelas kopi dan aroma rumput basah

Aku tertegun diam diatas kebisuan bara hati
Menikam tajam menyayat dan membawa pergi
Ragaku tersentak oleh angan yang menghilang
Pada sebentuk keindahan yang terlepas bebas

"Gejolak jiwaku bagai gemercik air pancuran
Yang tak sempat terjamah jari jemari
"...

 *Singosari, 26 Januari 2020*

 @jbarathan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline