Keberanian untuk tampil di depan umum bukanlah tindakan yang muncul begitu saja. Hal tersebut harus dibiasakan dan dilatih agar seseorang menjadi lebih percaya diri. Hanya sedikit orang yang dengan spontan berani dan percaya diri ketika diminta berbicara di depan umum. Sebaliknya, banyak orang menolak karena takut salah berbicara atau takut dipermalukan jika melakukan kesalahan.
Rasa takut ini sering kali disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif yang terus menghantui. Pikiran-pikiran tersebut menjadi penghalang dan penghambat seseorang untuk berkembang, baik dalam karier maupun usaha yang sedang dirintis. Bahkan, berbicara di depan umum sering disebut sebagai salah satu ketakutan terbesar yang dimiliki manusia, menurut survei para ilmuwan dunia.
Ketika ditanya tentang hal yang paling menakutkan, banyak orang mungkin menjawab "berbicara di depan umum." Meski menakutkan, hal ini sebenarnya terjadi karena pola pikir yang salah. Sebelum bertindak, kita sering membiarkan diri dikuasai oleh ketakutan dan asumsi negatif, sehingga enggan melangkah.
Padahal, kemampuan berbicara di depan umum sangat penting untuk menyampaikan informasi yang bermanfaat. Jika kita tidak memiliki keberanian tersebut, besar kemungkinan karier kita akan sulit berkembang, baik di instansi pemerintah maupun swasta. Begitu pula dalam organisasi masyarakat, orang yang tidak berani berbicara cenderung kurang diperhitungkan atau bahkan terpinggirkan.
Keberanian berbicara adalah modal utama untuk dikenal orang lain. Semakin banyak orang yang mengenal kita, semakin luas relasi yang dapat kita bangun. Relasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan karier dan masa depan kita.
Terbukti, mereka yang memiliki kemampuan berbicara di depan umum biasanya memiliki karier yang lebih cemerlang. Dengan sering tampil, seseorang menjadi lebih dikenal dan dihormati, sehingga banyak orang yang meminta pandangan atau saran darinya.
Secara pribadi, saya termasuk orang yang awalnya takut berbicara di depan umum. Namun, karena situasi dan kondisi, saya harus mengatasi rasa takut itu. Dalam pekerjaan, saya diberi kepercayaan menjadi pranata humas, yang mengharuskan saya berinteraksi dengan pelanggan dan publik.
Dalam organisasi masyarakat, saya menjabat sebagai sekretaris, yang berarti saya bertanggung jawab menyampaikan informasi secara langsung. Keadaan ini menuntut saya untuk mampu berbicara dengan baik.
Meski awalnya penuh rasa takut, khawatir, dan cemas, saya memaksa diri untuk memberanikan diri tampil di depan umum, apapun risikonya. Saya menyadari bahwa ini adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab yang harus saya jalankan.
Langkah yang saya ambil adalah mempersiapkan diri dan berlatih sebelum tampil. Misalnya, saat ada acara di rukun, saya biasanya bertugas menyampaikan informasi dan memandu acara dari awal hingga selesai.