Beberapa waktu yang lalu saya cukup beruntung boleh membaca sebagian pemikiran-pemikiran dari Bung Karno dalam bukunya "Di Bawah Bendera Revolusi" (DBBR).
Bung karno yang begitu banyak membaca buku-buku literatur, utamanya seputar kenegaraan dan kebangsaan, sangat elok dalam menyajikan pemikirannya dalam berbagai tulisannya.
Namun sayangnya seperti yang ditulis dalam kata pengantar DBBR, baik buku referensi yang beliau baca, maupun karya-karya tulisannya seiring berjalannya waktu hilang tak tentu rimbanya.
Sedih rasanya mendapati kenyataan, bahwa setiap buku bakal berakhir tragis mirip-mirip seperti itulah (hilangnya koleksi bacaan Bung Karno).
Beberapa waktu yang lampau juga, museum Adam Malik yang terletak di jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, terpaksa ditutup karena mahalnya biaya perawatan dan seluruh koleksinya, termasuk buku-bukunya berpindah tangan.
Hal itu juga terjadi pada beberapa teman baik dan tetangga saya sewaktu saya masih kecil dulu, ketika itu tetangga saya rumahnya sudah begitu sesak dengan majalah dan buku, sehingga pada suatu saat akhirnya semua koleksinya dikilo alias diloakkan dengan harga yang tidak seberapa.
Sekarang saya sudah pada kesimpulan bahwa kalau kita bukan dosen, peneliti, kolektor, maupun pedagang buku, janganlah beli buku lagi, cukup menyewa atau meminjamnya saja kalau tidak ingin melihat buku-buku yang kita beli dan kumpulkan dengan susah-payah berakhir tragis begitu rupa.
Salam buku. JPR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H