Lihat ke Halaman Asli

June

nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Selamat Jalan, Pakde

Diperbarui: 5 Mei 2020   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS.com/M LUKMAN PABRIYANTO

Ketika sedang scrolling media sosial, tiba-tiba aku terhenti pada satu postingan. Postingan yang mengabarkan bahwa salah satu seniman musik tanah air, Didi Kempot, telah pergi untuk selamanya. Aku pun mengecek berita di kompas untuk memverifikasi kebenaran kabar itu. Fan benar saja, kudapati artikel di kompas.com yang mengabarkan hal serupa.

Belum lama rasanya Gleen Fredly meninggalkan duka dengan kepergiannya, kini Didi Kempot menyusul dan menambah rasa duka itu. Dari berita yang kubaca, Didi Kempot meninggal dini hari tadi (5/5) di Solo. Beliau dikabarkan terkena serangan jantung.

Didi Kempot sesungguhnya sudah sejak lama berkecimpung di dunia musik. Fokus musiknya adalah campursari. Sehingga jagat publik tidak banyak yang mengenal beliau. Namun, bagi masyarakat kultur Jawa, Didi Kempot sudah sejak duku dikenal dan menjadi idola. Kumpulan lagu-lagu bertemakan patah hati mampu menyayat hati para pendengar yang mengerti artinya.

Setelah sekian lama berkecimpung di dunia musik, baru belakangan ini nama Didi Kempot naik ke panggung nasional. Tawaran kerja dan kontrak membanjirinya. Namun siapa sangka ternyata hal itu berdurasi singkat, karena kini beliau telah meninggalkan kita.

Meski bukan dari kultur Jawa, tapi aku sudah mengetahui sosok Didi Kempot sejak SD, karena orangtuaku pernah membeli CD lagu-lagunya. Aku pun menyukai beberapa lagunya tersebut, meski belum tahu arti dari lirik yang dinyanyikannya. Karya-karya Didi Kempot kembali naik daun, bahkan ke panggung nasional setelah banyak penyanyi-penyanyi muda yang membawakan lagu-lagunya. Sebut saja ada Via Vallen, Nella Kharisma, Dhevy Geranium, yang telah membawakan lagu-lagu seperti Pamer Bojo, Kartonyono Medot Janji, dan masih banyak lagi.

Kini usai sudah perjalanan karir dan hidup beliau. Hati para penggemar kini benar-benar ambyar. "Bapak patah hati" telah membuat kita menjadi ambyar yang sesungguhnya.

Selamat jalan, pakde. Kami menyayangimu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline