Isu pencemaran lingkungan merupakan satu dari sekian banyak persoalan pemanasan global yang menjadi pekerjaan rumah bagi segenap umat manusia. Di pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD), pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kita tentu tidak asing dengan topik "polusi". Seperti yang kita ketahui ada beberapa macam polusi, yakni polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan polusi suara.
Pemerhati lingkungan mendapati bahwa polusi-polusi ini semakin parah tiap waktunya. Jakarta, salah satu kota dengan tingkat pencemaran/polusi yang tinggi mendapat label merah, yang artinya sudah berada pada status awas. Jakarta tentunya bukan satu-satunya kota di dunia denga segudang masalah polusi. Kota-kota besar di Indonesia memiliki ancaman terhadap bahaya polusi.
Polusi udara merupakan salah satu polusi yang cukup sukar untuk disadari. Setiap hari kita menghirup udara di wilayah yang sama. Tanpa kita ketahui bahwa setiap hari pula kita menghirup udara yang sudah tercemar.
Berbagai macam partikel berbahaya beterbangan di udara. Karena setiap hari dan setiap detiknya kita menghirup udara di wilayah yang sama ini, kita tidak dapat merasakan adanya perbedaan kualitas udara yang memburuk secara signifikan. Seperti teori imitasi yang terjadi pada anak-anak di masa peniruannya, hal ini terlihat sesuatu yang alami.
Dengan ketidaksadaran itu, kita setiap waktunya menumpuk partikel radikal bebas yang diberikan secara gratis di udara. Maka tidak heran bila masalah kesehatan pernafasan akan meningkat di kemudian hari.
Anda mungkin tidak terlalu heran, padahal kulit Anda sudah mencoba berbicara kepada anda, misal dengan gejala kulit yang kering tidak seperti biasanya, terasa agak perih. Hidung anda pun tak ingin berbohong kepada Anda, dengan ia merasa gatal terhadap debu dan kandungan gas di udara yang kotor. Serta paru-paru Anda yang mungkin belakangan mengalami sesak.
Setelah mengetahui problema global ini, lantas apa yang Anda pikirkan? Mau menyalahkan pemerintah? Menyuruh pemerintah segera menyelesaikan krisis kesehatan lingkungan ini? Diam saja?
Ya, Anda memang berhak untuk menyuruh pemerintah menemukan solusi pemecahan terhadap isu ini. Namun ini adalah tanggung jawab bersama. Sudah sejauh mana Anda bergerak. Apa saja kontribusi Anda? Jangan cuma menjadi anak yang selalu menempel di depan layar untuk bermain gim.
Anda mencitrakan diri seolah Anda pro penyelamatan lingkungan dengan ikut kampanye, tapi nyatanya Anda adalah salah satu aktor yang hendak diserang oleh kampanye tersebut. Misal, anda penyumbang pembakaran sampah yang tak terkendali, membakar bahan-bahan kimia berbahaya, misal...
Ingin ikut berpartisipasi menciptakan lingkungan segar dan hijau, tapi menanam dan memelihara tanaman hias di luar jendela saja tidak mau. Lantas mau apa? Semuanya Anda yang lakukan.