Lihat ke Halaman Asli

June

nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Warisan Heteronormatif

Diperbarui: 17 Maret 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Heteronormatif merupakan pandangan masyarakat bahwa kodratnya (mutlak) bahwa pasangan adalah antara laki-laki dan perempuan. Pandangan heteronormatif melihat dan memisahkan beberapa sifat ke dalam dua kelompok gender, yakni maskulin dan feminin. Heteronormatif memberi pandangan kepada individu yang mengadopsi pandangan ini bahwa laki-laki haruslah maskulin, dan perempuan haruslah feminin. Maskulin mencakup: gagah, pekerja keras, kuat, rasional. Feminin mencakup: pengasih, lemah-lembut, URT (urusan rumah tangga), emosional. 

Setiap individu merupakan pribadi yang unik, memiliki ciri fisik maupun personalitas yang beragam. Namun, oleh pandangan heteronormatif keunikan yang alami ini menjadi hilang. Pandangan heteronormatif menolak adanya penyimpangan sifat maskulin pada seseorang yang lahir dengan jenis kelamin laki-laki, ataupun "ketidak-hadiran" sifat feminin pada diri seseorang dengan jenis kelamin perempuan. Pandangan ini terus saja direproduksi dengan tetap sama seperti pada mulanya. 

Dalam pandangan ini merupakan hal yang tidak normal bila: 

  1. seorang pria lemah-lembut (kemayu)
  2. seorang pria mengerjakan pekerjaan rumah tangga 
  3. seorang pria berdandan
  4. seorang wanita melakukan pekerjaan keras/kasar 
  5. seorang wanita berkarir 

Imbas dari tekanan dan tatapan pandangan heteronormatif membuat seseorang yang alaminya bertindak seperti X, harus melakukan fittingdengan pandangan yang dipakai masyarakat ini agar mereka tidak tergilas dan terinjak oleh ganasnya dunia sosial yang kolot". 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline