MAR, siswa salah satu Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), ditangkap pihak kepolisian usai membacok guru olahraga di sekolahnya, AFR, pada Senin (25/9/2023) sekitar pukul 21.00 WIB. MAR diduga menyimpan dendam kepada korban yang merupakan guru olahraga sekaligus wakil kesiswaan yang kerap berurusan dengan siswa bermasalah, termasuk pelaku yang sering bolos sekolah, mengutip dari Kompas.com.
Menjadi seorang guru itu bak memegang tanggung jawab yang kompleks. Kita tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, tetapi juga harus cakap dalam menghadapi berbagai permasalahan siswa saat di sekolah.
Apa yang saya tuliskan di sini adalah buah pengalaman dari beberapa tahun menjalani peran sebagai konselor dan tim kesiswaan di sekolah tempat saya ditugaskan.
Segmen masalah yang saya bagikan di sini adalah tentang perselisihan siswa, bukan berbagai kasus-kasus berat yang mengakibatkan luka berat ataupun sampai korban meninggal dunia.
Jika ada yang bilang tanpa berbagai poin yang saya bagikan ini pun masalah tetap terselesaikan, tidak masalah.
Namun setidaknya dengan beberapa poin ini kita berharap mampu menyelesaikan masalah tanpa menambah masalah, baik bagi kedua siswa ataupun kelompok siswa yang berselisih paham, dan juga bagi kita sebagai "pengadil" siswa saat mereka berada dalam perselisihan.
Tak jarang banyak kisah bagaimana guru menjadi sasaran kekerasan oleh siswa ataupun orang tua siswa setelah mereka menjadi "pengadil" perselisihan siswa.
Di sini saya juga menggunakan istilah pelaku dan korban; pelaku adalah mereka yang pertama kali bertindak sebagai pencetus masalah, misalnya dengan cara memukul, mengejek, ataupun beradu mulut, serta korban adalah mereka yang menjadi sasaran dari tindakan pelaku ini, mereka yang dipukul atau diejek.
Mereka adalah Korban
Rata-rata dari mereka yang menjadi pelaku penyebab perselisihan adalah anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak kondusif.