Siang itu pada tanggal 12 Oktober 2014 bertempat di kaliori, Banyumas saya mengikuti acara Makrab salah satu UKM Universitas Jenderal Soedirman. Saya bertemu bapak yang merupakan petugas kebersihan Youth Camp Kaliori. Bapak ini berumur 35 tahun dan memiliki dua orang anak yang berumur 13 dan 14 tahun.
Anaknya sulunghanyalulusan SMP, bapak ini mengakui tdak mampu membiayai lagi untuk melanjutkansekolah anaknya. Anak sulungnya sekarang mencari kerja di kota Purwokerto dan sampai saat ini belum mendapatkan kerja. Anaknya yang bungsu masih duduk di kelas SMP, bapak ini mulai mengakui kewalahan membayar biaya sekolah.
Bapak ini menceritakan anak bungsunya sekolah di salah satu SMP Negeri di Banyumas. Biaya sekolah perbulan harus membayar Rp. 100.000, ongkos anaknya Rp. 5000 pulang pergi, jika di total perbulan kurang lebih Rp. 120.000. Biaya Semesteran Rp. 150.000 untuk biaya pakaian khusus dari sekolah. Bapak ini mengeluhkan biaya perlengkapan sekolah mulai dari buku dan alat tulis, dan hal lain seperti foto copy, entah foto copy apa. Bapak ini juga bercerita masih banyak di desanya anak-anak yang putus sekolah.
Entah cerita ini benar atau tidak, saya berharap kita berperan aktif untuk menyampaikan pada setiap orang tua untuk semangat menyekolahkan anaknya dan bahwa pendidikan itu penting. Buat pemerintah jika ini benar, dimanakah bukti Wajib Belajar 10 Tahun dan biaya sekolah gratis. Apakah negara ini belum bisa memfasilitasi pendidikan sampai buku, alat tulis, pakaian, tas, sepatu dan transportasi di biayain pemerintah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H