Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, siapa yang tidak kenal dan tahu dengan Kementerian yang satu ini. Sebagai salah satu kementerian yang mendapat sorotan, bukan sorotan jelek, akan tetapi sorotan untuk bagaimana Kementerian ini dapat menghasilkan uang yang nilainya sangat fantastis untuk negara. Kementerian ini menjadi tulang punggung kabinet negara dalam menghasilkan devisa untuk kemajuan dan keberlangsungan hidup negara ini.
Dari sekian banyak Kementerian yang ada dalam kabinet di susunan kabinet negara ini, Kementerian ini menjadi satu-satunya Kementerian yang paling sulit untuk mencari kandidat, mengapa? Ada banyak faktor yang membuat sulitnya menempatkan orang yang benar-benar tangguh dan kuat, mungkin tidak hanya itu, di tempat ini.
Hal ini, sangat krusial dilihat dari sisi keuangan negara. Karena kementerian ini berhubungan erat bahkan menjadi pondasi negara dalam menghasilkan uang untuk keberlansungan negara. Bayangkan saja, mereka yang menduduki posisi ini harus dapat menghasilkan uang setidaknya 500 triliun , orang yang bersangkutan harus menjalankan policy (kebijakan) negara secara baik dan benar, dan tentunya mampu mendapatkan sumber daya alam yang baru. Oleh karenanya, tepatlah jika disebut sebagai “tulang punggung kabinet”.
Bila dirunut, kepemimpinan di kementerian ini tidak sampai masa jabatan yang diemban, 5 tahun. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apakah ada ketidakpuasan orang nomor satu negeri ini atas kinerja “pembantu”nya tersebut? Atau ada bisikan-bisikan yang sampai ke telinga orang-orang yang punya kepentingan, agar kepentingannya tidak terganggu? Atau memang ada unsur kesengajaan agar orang-orang yang memiliki kinerja kerja bagus, memberantas namanya korupsi, tidak ingin terus melaju dan menyapu bersih jiwa-jiwa koruptor, sehingga ada yang merasa terganggu dan pada akhirnya menjegal dengan cara-cara yang tidak sehat?
Hal ini dapat kita lihat dari perjalanan mantan-mantan menteri yang sebelumnya pernah menjabat di kementerian ESDM. Sebut saja,Darwin Zahedy Saleh. Beliau menjabat Menteri ESDM hanya dua tahun. Banyak orang yang senang dengan dirinya ketika dilengserkan SBY. Banyak pula orang yang mencap Darwin, tepat untuk digantikan karena kinerja kerjanya lamban.
Terkadang media terlalu cepat menghakimi yang belum tentu kebenarannya. Darwin dianggap tidak cakap untuk menduduki jabatan sebagai Menteri ESDM karena bukan bidangnya. Permasalahan sepertinya sengaja dimuncul-munculkan. Mulai dari tidak punya visi misi energi, subsidi BBM, lifting minyak, renegosiasi kontrak pertambangan yang tak selesai-selesai, hingga luas lahan dan royalti terkait UU Pertambangan 1967 dan UU Minerba Nomor 4 tahun 2009. Dan masalah lain lagi yang dikait-kaitkan dengan Darwin soal Freeport, yaitu mogok kerja ribuan karyawan Freeport yang menuntut upah sesuai standard perusahaan di bawah naungan Freeport McMoran.
Di sini terlihat, Darwin seolah-olah didudukkan benar-benar lemah tak berdaya karena pemberitaan. Kemungkian besar memang ada orang-orang yang tak senang dengan naiknya Darwin menjadi Menteri ESDM, karena dianggap akan merusak dan memperlambat kepentingan orang-orang tertentu.
Tak berapa lama masa jabatan Darwin, muncullah nama baru hasiL reshuffle, yaitu Jero Wacik. Jero Wacik, sebelumnya menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata untuk selanjutnya diangkat oleh SBY menggantikan Darwin. Masa jabatan Jero Wacik lebih kurang tiga tahun sebagai Menteri ESDM.
Jika mengetahui sepak terjang Jero Wacik sebelum terjun ke pemerintahan, beliau seorang pengusaha yang terkenal dan disegani di Bali. Karena jiwanya terpanggil untuk mengabdikan diri kepada negara, dengan sifat dan jiwa nasionalisme itu beliau loyalkan untuk negara ketika diminta menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Keluarganya pun terkadang luput dari perhatian. Tapi, semua beliau lakukan dengan jiwa dan semangat tanpa pamrih.
Loyalitas untuk negara beliau tunjukkan dengan kerja nyata selama menjadi Menbudpar. Sosok yang punya integritas dan mengimplementasikan dalam karya nyata demi bangsa, Jero Wacik memang dapat diandalkan untuk Indonesia.
Pengalamannya selama menjadi Menbudpar, membuktikan kontribusinya, kunjungan wisatawan mancanegara sangat tinggi, mampu mencapai 6,4 juta yang mendatangkan devisa hingga Rp 7,65 miliar dolar. Begitu pula dengan perjalanan wisatawan domestik yang melakukan kunjungan wisata di wilayah NKRI ini.