Sudah bukan menjadi pembahasan rahasia lagi bahwasanya NU dan Muhamadiyah memiliki perbedaan pendapat tentang tanggal memulai bulan puasa ramadhan serta lebaran. Hal ini berkaitan dengan metode yang digunakan. NU menggunakan metode rukyat (hilal secara langsung) sedangkan Muhamadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan).
Sebelum membahas apa metode yang mereka gunakan, ada baiknya kita mengetahui sedikit sejarah tentang berdirinya masing-masing organisasi masyarakat tersebut.
NU didirikan pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk membela praktik Islam tradisionalis (sesuai dengan mazhab Syafi'i) dan kepentingan ekonomi anggotanya. Organisasi ini dipimpin oleh KH Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar. NU menganut paham Ahlussunah wal Jama'ah, yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara Nash (Al-Qur'an dan Hadis) dengan Akal (Ijma' dan Qiyas). Maka, di dalam persoalan aqidah, NU merujuk kepada Imam Abul Hasan Al Asy'ari, sedangkan dalam persoalan fikih, NU merujuk kepada Imam Syafi'i, dan dalam bidang tasawuf, NU merujuk kepada Imam Al Ghazali
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan. Ciri yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan tajdid atau gerakan reformasi. Muhammadiyah sejak semula menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan Assunah, sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid'ah lewat gerakan dakwah.
Lalu, apa yang dimaksud dengan metode yang digunakan oleh keduanya dalam menentukan tanggal? Metode yang digunakan oleh NU (rukyat) penentuan awal bulan qamariah didasarkan dari nash-nash (ayat-ayat suci) yang memiliki pemahaman bahwa rukyat itu bersifat ta'abbudiy (ketentuan syari'at tanpa harus mengetahui makna rasionalnya) ada nash-nash yang terdapat pada ayat suci Al-qur'an maupun hadist shahih yang dipahami sebagai perintah syari'at. Disisi lain, Muhamadiyah menggunakan metode perhitungan (hisab) dengan dasar yang kuat juga, dilansir dari Pakar Falak Muhamadiyah, Oman Fathurahman, dalam ayat Al-Qur'an ditemukan kata kunci hisab yang berarti perhitungan, QS Ar-Rahman ayat 5 serta QS Yunus ayat 5, "Penetapan awal bulan itu bisa dengan hisab dengan perhitungan. Kalau kita memahami bahwa bulan dan matahari beredar menurut perhitungan, maka kita bisa memprediksi, mengukur, menentukan dengan pasti, dengan akurat," kata Oman.
Dengan adanya perbedaan ini, apakah ini mempengaruhi kehidupan masyarakat atau dalam kehidupan sosial? Tentu. Banyak diantaranya menjadi kurang kompak ketika mengadakan acara takbiran, atau bahkan terkadang adanya perselisihan antara kerabat karena perbedaan pendapat. Oleh karenanya, penelitian suhanah meminta agar dalam penentuan tanggal, baiknya melepaskan atribut ormas demi kemaslahatan umat Islam, serta demi menjaga keutuhan kesatuan umat muslim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H