Lihat ke Halaman Asli

Juneman Abraham

Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

Pantang Pupus di Jalur Scopus

Diperbarui: 7 Agustus 2024   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Juneman Abraham (2024)

Jalan-jalan beli kaktus
mampir makan soto pakai sate usus
Wahai dosen yang akan dapat seratus
pantang lah pupus di jalur Scopus

Banyak orang Indonesia, mulai dari dosen, ilmuwan, hingga pejabat publik yang pupus di jalur Scopus. Tulisan ini mengajak kita semua untuk tidak pupus, melainkan "melampaui" Scopus. 

Caranya? Berani melalui jalur itu (tidak menghindar) sepanjang belum dibongkar. Namun tidak menjadikan Scopus sebagai tujuan melainkan jembatan untuk mengokohkan keilmuan dan lebih lanjut berkiprah atas dasar saintifik yang kokoh itu.

Scopus rupanya masih menjadi perhatian nasional. Ketua DPR pun turut berkomentar mengenai Scopus pada beberapa kesempatan sepanjang bulan Juli 2024 mengiringi pemberitaan tentang upayanya menjadi guru besar. Antara lain, "jika hanya fokus pada jurnal terindeks Scopus, dikhawatirkan justru bisa membuat pertumbuhan dan perkembangan jurnal kampus menjadi menurun". 

Tak ketinggalan, masih di bulan Juli, seorang staf khusus Presiden dikritik oleh seorang netizen karena tidak memiliki publikasi Scopus dari studi pascasarjana yang dibiayai dengan beasiswa Pemerintah RI. Menurutnya, seorang lulus pascasarjana seharusnya dapat "dipersoalkan" (maksudnya, ditelaah, diperbincangkan) publikasi Scopusnya. Setahun sebelumnya, Scopus mengisi headline surat kabar nasional, Kompas, dalam kaitan dengan perjokian karya ilmiah para calon guru besar Indonesia.

Plt. Dirjen Diktiristek, Nizam, pun menegaskan di bulan Maret 2024 bahwa banyak yang mempublikasikan tulisan ilmiah namun menjadi mangsa jurnal abal-abal.  Menurut beliau, tampilan jurnal yang abal-abal sulit dibedakan dari jurnal internasional yang kredibel.

Hal-hal tersebut menandakan bahwa Scopus semakin populer tidak hanya di kalangan akademisi, tetapi juga pada masyarakat umum. Masyarakat sudah semakin terliterasi, misalnya, bahwa "Tak semua Scopus itu bagus". 

Masyarakat sudah semakin mampu menilai, Scopus yang bagaimana yang layak sebagai ukuran kelayakan seorang profesor. Intinya, Jangan asal Scopus! 

Apa artinya Pupus?

Pupus di jalur Scopus dapat memiliki bermacam makna:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline