Perpustakaan Medayu Agung Surabaya adalah sebuah perpustakaan yang memiliki arsip koran dan majalah yang sangat lengkap di Surabaya. Dengan koleksi koran dan majalahnya yang terbit bahkan sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Didirikan berdasarkan koleksi pribadi bapak Oei Hiem Hwie yang didapatkan selama beliau menjadi jurnalis ketika mudanya. Kemudian diteruskan menjadi sebuah perpustakaan yang terbuka untuk umum dan dikelola langsung oleh Yayasan Medayu Agung Surabaya.
Sebagai saksi sejarah yang terlibat langsung dengan peristiwa penangkapan dan pembersihan simpatisan PKI pada tahun 1970-an, pak Hwie juga ikut menjadi tahanan yang ditempatkan di Pulau Buruh bersama tahanan politik lainnya termasuk Pramoedya Ananta Toer. Selepas dari pulau Buruh, pak Hwie kemudian melanjutkan hobinya dengan mengumpulkan koran-koran dan majalah yang sekarang menjadi Perpustakaan Medayu Agung Surabaya.
Sejak berdirinya, Perpustakaan Medayu Agung menjadi salah satu tempat mencari sumber koran bagi mahasiswa atau sejarawan. Khususnya koran-koran yang terkait peristiwa-peristiwa yang terjadi di Surabaya maupun di Jawa Timur. Selain itu juga kehadiran pak Hwie yang masih aktif hingga sekarang, juga sering didatangi orang-orang untuk diwawancari dan mendengar kisah hidup pak Hwie. Dari cerita tersebut dan sumber lainnya yang terdapat di Perpustakaan Medayu Agung, sering menjadi referensi tulisan baik mahasiswa yang menulis untuk tugas akhirnya atau juga sejarawan yang mencari bahan untuk tulisan sejarahnya.
Ketika kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di Perpustakaan Medayu Agung Surabaya, peserta PKL tidak hanya belajar tentang merawat arsip-arsip yang ada semata. Tetapi juga bagaimana cara menghargai dan menghormati saksi sejarah yang masih bertahan hingga saat ini.
Pak Hwie yang selalu bersikap ramah kepada siapa pun. Bahkan setiap ada pengunjung yang datang ke Perpustakaan Medayu Agung, beliau selalu menyambut dengan ramah. Beliau juga dengan bangga menceritakan pengalaman selama masa hidupnya baik ketika masih dalam penahanan di Pulau Buruh atau pun setelahnya. Begitu juga yang dialami oleh peserta PKL selama berada di Perpustakaan Medayu Agung.
Pak Hwie senantiasa menanyakan kondisi peserta PKL setiap harinya. Ketika waktunya istirahat siang, tidak lupa beliau mengingatkan peserta PKL untuk juga beristirahat. Ketika jam sudah menunjukan waktu pulang, juga beliau selalu mengajak peserta PKL untuk pulang dan segera menyelesaikan pekerjaan.
Kegiatan PKL yang berlangsung selama 1 September sampai 16 Desember 2022 memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi setiap peserta PKL. Pengalaman yang didapat peserta PKL di Perpustakaan Medayu Agung tidak hanya mendapatkan ilmu tentang pengelolaan arsip baik itu koran, majalah atau buku yang ada. Tetapi juga kerjasama tim dalam pengelolaan perpustakaan dan penyelesaian masalah yang terjadi. Selain itu juga kebersamaan yang terjalin dengan pengurus dan Pak Hwie khususnya, menjadikan terciptanya hubungan yang erat dan harmonis bagi semuanya. Ini tentunya pengalaman yang berharga untuk kedepannya ketika peserta PKL terjun langsung dalam dunia kerja dan masyarakat secara nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H