Mendengar istilah makanan vegetarian, persepsi sebagian besar dari kita adalah cita rasa yang kurang sedap. Bayangan yang muncul adalah hidangan seperti salad atau sayur mayur lainnya yang membosankan. Tapi pandangan itu berubah drastis setelah saya bertemu dengan Chef I Made Runatha yang menemukan seni memasak makanan berbasis tanaman menjadi hidangan yang lezat mendegut liur kita.
Chef Made adalah ahli masak yang telah malang melintang bekerja menjadi chef di berbagai hotel bintang lima, baik di Bali, Beijing, hingga Warsawa. Awalnya ia adalah pemakan segalanya. Namun sejak 15 tahun lalu ia memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian. Bukan hanya menjadi vegetarian, ia pun seolah mematikan kompornya, menyimpan ovennya, dan mulai membuat olahan makanan yang disiapkan tanpa itu semua, alias makanan "raw" atau berbahan dasar tanaman mentah (uncooked). Chef Made kemudian mendirikan restoran bernama Moksa sekitar 1,5 tahun lalu di daerah Sayan, Ubud, Bali.
Sungguh sebuah kehormatan bagi kami sekeluarga, yang sedang berlibur di Bali, karena dijamu langsung oleh Chef Made di Restoran Moksa. Menurut Chef Made, Moksa berarti "higher achievement" atau sebuah pencapaian yang lebih baik. Dalam tradisi spiritual, Moksa diartikan sebagai sebuah pencapaian manusia yang bisa mencapai derajat tertinggi sehingga tidak perlu ber-reinkarnasi lagi. Dengan menamakan restorannya Moksa, Chef Made seolah mengajak kita untuk mengubah kebiasaan hidup yang makan segalanya menuju makanan sehat berbasis sayuran. Dengan demikian, kita mencapai tingkatan yang lebih baik dari sisi kesehatan.
Ajakan Chef Made ini bukan sebuah omong kosong. Ia sendiri sudah membuktikan bahwa sejak beralih menjadi vegetarian sekitar 15 tahun lalu, di usianya yang menjelang 60 tahun ini, ia tak pernah minum obat sebutirpun. Ia juga tak pernah lagi sakit, tidur menjadi lebih nyenyak, dan tubuh terasa sehat. Berat badannyapun ideal. Wow, kelihatannya menarik kan. Tapi tentu ia menyadari bahwa ide makanan vegan itu tidak menarik. Oleh karenanya, Moksa didirikan juga sebagai sarana agar masyarakat bisa mengetahui bahwa makanan vegetarian juga bisa tampil enak.
Sebagai penikmat awal makanan vegetarian, tentu saya masih curiga pada rasa. Chef Made nampaknya memahami kegusaran itu. Oleh karenanya, ia sendiri yang memilihkan menu makanan. Sebagai entree, kami disajikan dua jenis menu makanan, yaitu Sup Moksa Dhal dan Jacfruit Taco. Kedua makanan ini menarik karena umumnya rasa kari dari Dhal dan filling dari Taco menggunakan bahan berbasis hewan. Sup Dhal tampil pertama dan langsung mencengangkan lidah kita. Rasa kari dan kacangnya dominan dan lezat. Taco juga tampil cantik dan di atas ekspektasi kita. Isi taco terasa seperti daging ayam. Ketika kami tanya, menurut Chef Made itu adalah Jackfruit Taco, atau Taco diisi oleh Nangka. Ooooh pantes terasa kenyal seperti daging. A Winner!
Hidangan utama yang ditampilkan selanjutnya adalah Rendang Terong (Eggplant Rendang) yang juga mengagetkan kita semua. Irisan terong panggang dijajar rapi mirip seperti irisan daging tipis. Penampilannya menggugah cita rasa. Rasa rendang juga kaya, ada pedas, manis, dan santan kelapa yang gurih. Rendang terong disajikan bersama nasi jenis brown rice yang juga berbahan dasar organik. Dan di tengah kenikmatan ternyata ada juga rasa kimchi di dalamnya, wow, sungguh menambah kelezatan. Ini Juarak!
Hidangan selanjutnya berturut-turut disajikan adalah Moksa Sampler yang berisi aneka kreasi makanan ukuran kecil, seperti mini lasagna, spring pasta, mini pizza, gado-gado, campuran daun selada, dan sop jamur kuah santan. Semuanya tentu berbahan dasar sayuran. Lalu bagaimana spaghettinya bisa persis bentuknya seperti spaghetti. Rupanya itu dibuat dari parutan bengkoang. Ketika dirasakan barulah terasa kesegaran bengkuangnya. Bagi saya, sop jamur kuah santannya yang paling juara. Kesegaran santan kelapa bercampur dengan aneka jamur terasa menghangatkan badan di tengah sejuknya hawa Ubud.
Tempeh Cesar Salad adalah satu menu lain yang wajib coba. Aneka sayuran salad yang segar organik disajikan bersama tempe cardamom yang dipanggang hingga caramelized. Tempenya juga paduan dari berbagai kacang, seperti chestnut atau kacang mede. Salad disirami kuah saus strawberry dan keju parmesan yang terbuat dari kacang-kacangan. Keju di Moksa dibuat tanpa menggunakan susu hewan, melainkan dari kacang-kacangan. Super sekali. Selanjutnya kami mencicipi Quesadillas yang juga memiliki citarasa surgawi. Rasa kacang dan sayuran membuat kami harus berkali-kali merem melek terbawa kelezatan alami.
Jangan lupa juga untuk mencicipi aneka juice dan smoothies-nya. Saya mencoba juice berjudul Flu Fighter and Immunity Booster yang merupakan campuran dari asam jawa, wortel, bayam, seledri, parsley, dan bawang putih. Rasanya segar terutama untuk tubuh yang lelah dan rawan terkena flu. Ada juga aneka smoothies, seperti Green Energy yang merupakan campuran dari daun kale, pisang, strawberry, jeruk, kurma, nangka, dan spirulina. Atau cicipi juga Anti Aging Smoothies yang merupakan campuran dari buah berry, pisang, madu.
Sebagai hidangan pencuci mulut, Chef Made memilihkan es krim simphony dengan berbagai rasa. Menariknya adalah es krim di Moksa dibuat sepenuhnya berbahan dasar organik dan tanaman, tidak menggunakan krim atau susu dari hewan. Tapi rasanya sungguh luar biasa, ada es krim buah naga, cengkeh, vanilla, dan lainnya. Untuk sajian manis, kami dipilihkan cheesecake yang menggunakan taburan buah delima (pomegranate). Ini lezat dan menutup seluruh sajian secara sempurna.
Mencicipi makanan di Moksa memang seolah membawa kita Moksa menuju pencapaian yang lebih tinggi. Bukan hanya menyenangkan di perut tapi juga menyenangkan di hati. Apalagi kalau makan bersama orang-orang tercinta. Dari Ubud, kami kini punya keyakinan baru bahwa makanan raw dan vegan tidak selalu tampil membosankan, tapi bisa juga tampil penuh kreasi dan dibuat secara sederhana. Kalau ke Ubud, silakan mampir ke Moksa.