Lihat ke Halaman Asli

Junanto Herdiawan

TERVERIFIKASI

Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Orang Jepang Cinta Uang Rupiah

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1347142471567574035

[caption id="attachment_204627" align="aligncenter" width="614" caption="Rupiah, Ai Shiteru! Anak muda Jepang berpose di gambar pecahan Rupiah di Festival Indonesia, Tokyo / photo junanto"][/caption]

Setiap saya pergi ke luar negeri, tak banyak orang asing yang kenal, apalagi hafal dengan uang kertas Rupiah. Tapi siapa sangka, kalau orang Jepangternyata banyak yang mengenal uang Rupiah. Pengetahuan mereka tentang uang kertas Rupiah pun mengagumkan. Hal tersebut terungkap saat ratusan orang Jepang berkunjung ke stan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tokyo di Festival Indonesia, yang berlangsung selama dua hari, 8-9 September 2012, di Roppongi Midtown, Tokyo.

Bank Indonesia Tokyo memang memfokuskan penampilan utama stan-nya pada pecahan uang Rupiah. Hal ini sesuai dengan tema dari Festival Indonesia 2012, yaitu “Colorful Indonesia”. Selain menampilkan aneka tari, budaya, dan kuliner, penampilan jenis-jenis uang kertas Rupiah yang berlaku di Indonesia menambah informasi bagi orang Jepang mengenai alat bayar yang digunakan di Indonesia.

Festival Indonesia 2012 kali ini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Roppongi Midtown. Sebelumnya, Festival Indonesia selalu dilakukan di Yoyogi Park. Alasan pemindahan, menurut pihak KBRI Tokyo sebagai penyelenggara, adalah karena mereka ingin menyasar lebih banyak pada masyarakat Jepang dan asing untuk mengenal Indonesia. Dan memang betul, saat pelaksanaan Festival, ribuan masyarakat Jepang memadati area Festival Indonesia.

Bank Indonesia Tokyo, selain menampilkan aneka pecahan uang kertas Rupiah, juga menampilkan informasi analisis makroekonomi, kebijakan di bidang UMKM, serta Museum Bank Indonesia. Namun atraksi utama di sana adalah uang Rupiah. Bukan hanya gambar uang Rupiah yang baru, tapi juga deretan gambar pecahan uang kertas lama ditampilkan. Gambar pecahan uang kertas lama tersebut menarik perhatian pengunjung.

Banyak orang Jepang yang menghabiskan waktu berlama-lama di stand Bank Indonesia untuk mengamati pecahan uang kertas lama itu. Kenji-san, seorang tua Jepang, usianya sudah 80 tahun, dulu pernah lama tinggal di Indonesia. Ia ingat betul dengan deretan uang kertas lama, seperti pecahan Rp10.000 gambar R.A. Kartini edisi 1985, Rp.1000 gambar Dr. Sutomo edisi 1980, dan Rp. 1000 gambar lompat batu Nias edisi 1992.

Beberapa orang Jepang bahkan masih memegang pecahan Rupiah lama itu di rumah mereka. “Saya masih punya uang pecahan Rp.1000 bergambar Diponegoro, dan juga uang pecahan Rp.10.000 bergambar RA Kartini”, ujar satu orang tua Jepang.

Satu hal yang mengagetkan saya adalah bahwa uang kertas lama yang paling populer di masyarakat Jepang ternyata adalah pecahan Rp.500 bergambar “Orang Utan”. Hampir semua yang datang ke stand Bank Indonesia mengingat gambar uang tersebut. Masih ada pula yang memiliki pecahan itu di rumahnya. Pecahan lima ratus bergambar Orang Utan tersebut memang merupakan satu pecahan uang yang lama beredar di Indonesia, dari tahun 1992 hingga 2006.

[caption id="attachment_204628" align="aligncenter" width="614" caption="Mengenali ciri keaslian Rupiah di Jepang "]

13471425731275046733

[/caption]

Uang kertas memang bagian dari keunikan suatu bangsa. Berbeda dengan dolar Amerika atau Yen di Jepang, mata uang Rupiah lebih banyak variasi gambar dan warnanya. Selain sebagai upaya untuk terus menerus menjaga keaslian dan kebersihan pecahan uang, aneka jenis variasi tersebut juga merupakan bagian dari upaya menggambarkan kekayaan budaya nusantara.

Dalam rangka menjaga kualitas Rupiah yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia secara rutin menerapkan kebijakan untuk mengganti Rupiah yang tidak layak edar dengan Rupiah yang layak edar. Dengan demikian, uang yang beredar akan memiliki kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-ciri keasliannya.

Masyarakat Jepang juga tertarik untuk mengenali ciri-ciri keaslian Rupiah. Mereka mengantri untuk mempelajari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang digunakan.

Di Jepang sendiri, edukasi mengenai pecahan uang kertas dilakukan oleh Bank of Japan. Pihak Bank of Japan juga memiliki jargon “Dilihat, Diraba, Diterawang”, untuk pengenalan uang kertas Yen-nya. Jargon ini penting agar masyarakat sadar pada keaslian serta kebersihan uang kertasnya.

Tapi di balik semua unsur tekhnis tadi, uang kertas memiliki makna lebih dari dirinya. Banyak orang Jepang yang mengenal budaya, rumah adat, flora, dan satwa Indonesia, dari gambar di uang kertas. Selain itu, uang kertas juga memiliki fungsi kenangan. Yamamoto-san, orang Jepang yang lama tinggal di Indonesia, mengatakan bahwa ia tidak mau menukarkan pecahan uang kertas Rupiah lama yang dimilikinya. Ia tetap ingin menyimpan uang tersebut, karena saat melihatnya memberi kenangan manis tentang masa-masa ia hidup di Indonesia.

Gambar di pecahan uang kertas memang memiliki banyak makna. Bukan saja cerita di balik gambar itu yang memiliki filosofi dan sarat makna edukasi budaya serta historis, tapi juga bagaimana gambar-gambar itu membawa kita pada suatu masa. Apalagi bila masa itu memberi kenangan yang indah.

Siapa sangka, pecahan uang kertas Rupiah dicintai orang-orang Jepang. Salam Cinta Rupiah.

[caption id="attachment_204629" align="aligncenter" width="378" caption="Anak-anak kecil Jepang menikmati pecahan Rupiah / photo junanto"]

134714265229918103

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline