[caption id="attachment_117358" align="aligncenter" width="600" caption="Partai Komunis Cina di 90 tahunnya / photo: chinadaily"][/caption]
Partai politik apa yang saat ini paling besar, paling tua, dan paling banyak anggotanya di dunia? Jawabnya tentu bukan Partai Golkar atau Partai Demokrat, tapi Partai Komunis Cina (Communist Party of China). Dan hari ini, 1 Juli 2011, Partai Komunis Cina (CPC) merayakan ulang tahunnya yang ke-90. Sebuah kurun yang panjang bagi sebuah partai.
Dalam beberapa kali perjalanan saya ke Cina, untuk bertemu dan berdiskusi dengan beberapa pejabat pemerintahan Cina, saya menangkap aura yang kharismatik dari CPC dalam pembangunan negeri tersebut. Salah seorang kawan dekat saya yang bekerja di lembaga pemerintah Cina mengatakan bahwa kunci dari pembangunan Cina adalah inovasi yang terus menerus dari CPC sehingga senantiasa tanggap dengan perubahan zaman.
Perjalanan CPC adalah perjalanan bangsa Cina. Naik turunnya partai tersebut adalah juga naik turunnya wajah Cina. Oleh karenanya, mencermati CPC menjadi penting, karena masa depan CPC adalah juga masa depan Cina. Bagi negara seperti Indonesia, Cina adalah faktor penting yang harus dicermati. Meski perdagangan kita dengan Cina belum terlalu signifikan, dinamika ekonomi Cina ke depan akan sangat memengaruhi perekonomian global.
Lalu apa yang membuat CPC mampu bertahan hingga 90 tahun? Kemampuannya untuk beradaptasi dengan zaman adalah kuncinya. Saat pemerintahan komunis di berbagai negara, seperti Uni Soviet dan Jerman Timur, runtuh di awal tahun 90-an, komunis Cina segera melakukan pembenahan internal. Mereka melakukan evolusi yang luar biasa dan mencari peran baru bagi komunisme dalam kanvas kapitalisme perekonomian global.
Dunia kemudian mengenal kata “Capitalism With Chinese Character”. Repelita Cina ke-11 yang semangatnya dimulai di awal 80-an mencoba melakukan transisi, dari ekonomi yang tersentralisir, menjadi ekonomi pasar yang sosialis. Dan kebijakan itu mampu membangun infrastruktur ekonomi serta mengubah wajah Cina.
Mungkin saat Karl Marx mengeluarkan gagasan tentang komunisme bertahun-tahun lalu, ia tak berpikir bahwa komunisme mampu berevolusi sedemikan rupa hingga seperti sekarang. Gagasan revolusi kaum proletar dari Marx baru menjadi kenyataan setelah Vladimir Lenin melakukan inovasi. Bagi Lenin, gagasan Marx tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kendaraan. Iapun mendirikan Partai Komunis dan Communist International.
Mao Zedong kemudian memimpin revolusi komunis di Cina, sebuah masyarakat agraris yang penuh problema karena bertahun-tahun di bawah cengkeraman kapitalisme Eropa dan Jepang. Deng Xiaoping kemudian meneruskan cita-cita Mao dengan membuka Cina pada dunia luar dan menjadi ekonomi pasar sosialis.
Jiang Zemin terus mengawal pembangunan Cina. Iapun menyaksikan bagaimana pengembalian Hong Kong dan Macau ke pelukan Cina dilakukan secara mulus. Paradigma “Satu Negara, Dua Sistem” adalah sebuah inovasi yang mampu menghindari gejolak sosial dan politik di Cina.
Presiden Cina saat ini, Hu Jintao, kemudian membawa Cina menjadi negara yang lebih terbuka, dengan berperan serta di berbagai fora internasional. Hu Jintao juga menjadikan Cina lebih transparan dan memberikan hak yang lebih pada warga negara Cina. Kepemilikan kendaraan bermotor dan properti di Cina menjadi contoh dari kebijakan Presiden Hu.
Para pemimpin di Cina dari masa ke masa senantiasa mengawal dan meneruskan cita-cita pemimpin sebelumnya. Bukan menghapus, atapun bertentangan. Mereka juga tidak melakukan pembersihan besar-besaran terhadap orang-orang dari pemimpin sebelumnya. Kesinambungan menjadi kata kunci bagi pembangunan di Cina.
Dengan berbagai penyesuaian yang dilakukan sepanjang zaman dan saling mengawal tadi, Cina telah berubah menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.