Lihat ke Halaman Asli

Junanto Herdiawan

TERVERIFIKASI

Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Maylaffayza Hangatkan Tokyo

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12930634951755147193

[caption id="attachment_79553" align="alignleft" width="300" caption="Maylaffayza at Ueno Onshi Park / photo by Rane Hafied"][/caption] Maylaffayza bagai pijar hangat di musim dingin kota Tokyo. Di bawah cengkeraman suhu 5 derajat celcius, jemari Maylaf tetap lincah membesut dawai biolanya. Padahal, ia bermain di panggung terbuka. Violinist pop crossover terkemuka Indonesia ini tampil di Ueno Onshi Park, Tokyo, dalam acara “Maylaffayza in Concert and Pop Band Competition” yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia di Jepang, Minggu (19/12) lalu. Selain memainkan biola, Maylaf juga menjadi juri tamu pada festival band tersebut. Udara dingin adalah tantangan terbesar Maylaf dalam konser di Jepang kali ini. Ia mengakui bahwa bermain biola di udara dingin sangat sulit. “Jari kita cenderung beku dan kehilangan rasa”, ujar Maylaf. Butuh kesiapan fisik dan mental lebih untuk mengatasi udara dingin. Saat rehearsal, Maylaf tampak beberapa kali ke belakang panggung guna menghangatkan jarinya. Namun saat tiba baginya untuk tampil, Maylaf begitu lincah memainkan jemarinya di atas biola. Permainannya sungguh dinamis dan energik. Suasanapun menjadi hangat. Di hadapan sekitar 400 orang, Maylaf menghentak para penonton dengan lagu-lagu andalannya. Mengenakan busana motif batik dengan model kimono Jepang, single terbarunya “Sukaria” membius para penonton di Onshi Park. Para penonton, yang kebanyakan masyarakat Indonesia di Jepang, lalu ikut bergerak dan bergoyang saat Maylaf beraksi dengan biola elektriknya. Musik Maylaf memang bukan melankonlis. Ia menamakannya dengan aliran pop crossover atau campur-campur. Dan memang benar, permainan Maylaf hari itu tetap kental dengan elemen groovy yang menghentak. Beatnya sarat mengandung elemen rhythm, hip-hop, dan R&B. Saat lagu dari daerah Aceh “Bungong Jeumpa” dimainkan secara instrumental, para penonton terkesima. Mereka bertepuk tangan meriah. [caption id="attachment_79555" align="alignright" width="300" caption="Besutan Maylaff / photo by Rane Hafied"]

1293063581160121549

[/caption] Bukan hanya masyarakat Indonesia, banyak juga warga Jepang dan keluarganya yang datang menonton pertunjukan Maylaffayza. Beberapa warga Jepang yang sempat saya ajak bicara menyatakan kekagumannya pada pemain biola soloist dari Indonesia ini. Mereka mengakui bahwa Jepang belum memiliki soloist seperti Maylaf. Indonesia perlu bangga dengan Maylaf, ujarnya. Dari Meditasi hingga lari pagi Usai pertunjukan di Ueno Onshi Park, kami berkesempatan untuk mengajak Maylaf makan malam. Dalam kesempatan itulah Maylaf bercerita tentang banyak hal, mulai dari kebiasaannya bermeditasi, hingga hobinya berlari. Guna menjaga kebugaran tubuh dan staminanya, Maylaff dan suaminya, Yasha Chatab, punya hobi berlari. Mereka bahkan ikut beberapa kali turnamen lari, mulai dari 5K hingga 10K. Awalnya, Maylaff tak suka lari. Namun dengan berlari ia merasa bisa melampaui batasan dirinya. “Berlari mengajarkan kita untuk mendobrak batasan diri, atau break our boundaries”, ujarnya. Prinsip inilah yang mendorongnya untuk terus maju. Prinsip ini pula yang membuatnya bisa tetap tampil energik di bawah udara dingin kota Tokyo. Perjalanan ke Jepang kali ini menurut Maylaf sangat mengenang dan memberinya pelajaran. Di Jepang, Maylaf banyak mencatat nilai-nilai kehidupan orang Jepang yang luhur. Ia mengamati gerak gerik, aura, getar diam, dari beberapa warga Jepang yang dilihatnya, saat pagi hari di Ueno Onshi Park. Ada orang tua, anak muda, pekerja, pelajar, yang senantiasa bergerak dalam diam. Meski diam, nampak mereka menyimpan determinasi yang tinggi. Maylaf menyebutnya dengan istilah “the silent dreams”. Renungan yang dituangkannya pula dalam twitter accountnya. Memang betul apa yang dikatakan Maylaf. Dalam diamnya, orang Jepang tekun bekerja untuk meraih mimpinya. Mereka tak banyak bicara dan komentar. Mereka juga tak pernah menyia-nyiakan waktu. They just live life to the fullest. Menjalani hidup sepenuh-penuhnya. Hari telah larut, udara dingin makin mencengkeram, Maylaf harus kembali ke hotelnya untuk beristirahat dan mempersiapkan hari esok. Sebuah hari yang harus terus dijalani sepenuh-penuhnya. Live life to the fullest. Salam. PS. Terima kasih pada pak Rane Hafied, rekan Kompasianer di Jepang, yang telah mengijinkan foto-fotonya untuk dipinjam di sini. [caption id="attachment_79556" align="aligncenter" width="480" caption="Hallooo Tokyo !! / photo by Rane Hafied"]

12930636681668813161

[/caption] [caption id="attachment_79557" align="aligncenter" width="480" caption="Menjadi Juri Pop Band / photo by Rane Hafied"]

12930634431997943367

[/caption] [caption id="attachment_79558" align="aligncenter" width="640" caption="Maylaff saat latihan / photo by Junanto"]

12930638081420476408

[/caption] [caption id="attachment_79561" align="aligncenter" width="300" caption="Maylaf bersama artis muda berbakat Tokyo, ShigekiGlamz (paling kiri)"]

12930642441188502919

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline