[caption id="attachment_191727" align="alignleft" width="300" caption="Managing Director IMF saat konferensi pers di Daejeon / JH"][/caption] "Krisis global telah memberi peran baru pada benua Asia sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Kini, saatnya Asia telah tiba". Demikian disampaikan oleh Dominique Strauss-Kahn (DSK), Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) pagi ini (12/7) dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi "Asia 21: Leading The Way Forward", yang diselenggarakan oleh IMF dan Pemerintah Korea Selatan, di Daejeon, Korea Selatan. Meski Asia telah dianggap mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, beberapa permasalahan harus diatasi agar peranan sebagai mesin pertumbuhan tersebut dapat terus berkelanjutan. Pernyataan Strauss-Kahn ini dapat dikatakan sebagai upaya IMF untuk mendekatkan diri kembali ke Asia. Setelah krisis Asia 1998, Kahn menyadari bahwa IMF melakukan beberapa kesalahan dalam kebijakannya. Untuk itu, IMF mengharapkan negara-negara di Asia dapat bekerjasama kembali dalam mendukung perekonomian global. Strauss-Kahn mengingatkan bahwa beberapa tantangan yang dihadapi oleh ekonomi Asia saat ini adalah pentingnya Asia untuk melakukan transformasi pada struktur ekonominya agar tidak sepenuhnya lagi bertumpu pada permintaan eksternal. Untuk itu, upaya memperkuat ekonomi domestik menjadi penting. Negara-negara Asia perlu melakukan perbaikan-perbaikan institusi di dalam negeri, mengembangkan social safety net, infrastruktur, dan fokus pada permasalahan-permasalahan seperti pengangguran dan kemiskinan. Penanganan berbagai hal tersebut akan menjadikan Asia dapat terus berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. [caption id="attachment_191732" align="alignright" width="300" caption="Suasana Konferensi / JH"][/caption] Adapun langkah lainnya yang perlu dilakukan adalah memperkuat koordinasi multilateral antar otoritas di negara-negara Asia. Forum internasional seperti G-20 dapat dijadikan sarana untuk memperkuat koordinasi antara negara maju dengan Asia. Menyikapi perkembangan yang terjadi pada perekonomian global tersebut, Indonesia dihadapkan pada momentum yang tepat apabila ingin turut menjadi bagian dari mesin pertumbuhan ekonomi global. Dengan kekuatan permintaan domestik, kekayaan alam, dan perannya saat ini di kelompok negara G-20, maka Indonesia memiliki potensi besar sebagai kekuatan ekonomi masa depan. Namun, upaya melakukan pembenahan internal, khususnya di sisi infrastruktur, penguatan institusi, dan pendalaman pasar keuangan, harus segera dilakukan. Tanpa upaya tersebut, Indonesia akan ketinggalan momentum yang baik ini, dan akan terus tertinggal. Konferensi Asia 21 dibuka oleh Presiden Korea Selatan, Lee Myung Bak, melalui sambutannya yang direkam di Seoul. Hadir dalam konferensi tersebut adalah beberapa menteri keuangan, gubernur bank sentral, pejabat pemerintah, akademisi, dari negara-negara anggota IMF. Demikian Junanto Herdiawan melaporkan dari Daejeon, Korea Selatan. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H