Lihat ke Halaman Asli

Junanto Herdiawan

TERVERIFIKASI

Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Eksotisme Tengkleng Solo

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_19067" align="alignright" width="300" caption="Gigi dan Lidah Kambing dalam Tengkleng / foto : Junanto"][/caption] Buat para pemula di ranah kuliner, Tengkleng adalah makanan yang terkesan sungguh barbaric. Tapi bagi para penikmat, inilah eksotisme kuliner yang sangat sensasional. Pergilah ke Solo dan cicipi “Tengkleng Solo”. Tengkleng adalah sajian dahsyat yang “die die must try” kalau anda pergi ke Solo. Setiap mengunjungi Solo, saya tak pernah melewatkan tengkleng sebagai tujuan utama kuliner. Cobalah tengkleng di pasar Klewer, persis di bawah gapura masuknya. Tengkleng ini terkenal sejak tahun 1971 dan menyajikan tengkleng di atas pincuk daun pisang. Tapi, tengkleng jagoan lainnya di kota Solo adalah Tengkleng Cemani. Rasanya sungguh lezat, mencecap ludah, dan mengenang di langit-langit mulut. Tengkleng Cemani hanya dibuat khusus berdasarkan pesanan. [caption id="attachment_19064" align="alignleft" width="338" caption="Satu Kuali Tengkleng Cemani / Foto: Junanto"][/caption] Dalam dunia kuliner, Tengkleng adalah sejenis gulai encer yang berisi jeroan dan tulang-tulang kambing dari seluruh bagian tubuhnya, khususnya bagian kepala. Alkisah, Tengkleng ini dulunya adalah “Soup for the Poor”. Pada jaman dulu, hanya toean dan noni Belanda yang bisa makan gulai daging dengan kuah kental. Sementara kaum kuli dan rakyat jelata hanya bisa melihat mereka makan. Sisa-sisa bagian kambing selain daging, yaitu tulang-belulang dan jeroan, dibuang oleh para orang kaya. Dan para kuli mengambil sisa-sisa tulang tersebut lalu merebusnya dengan kuah encer yang minimalis. Bertahun-tahun kemudian, tengkleng menjadi semakin terkenal dan justru bergeser jadi makanan kaum berpunya. Tengkleng juga mulai disajikan di berbagai hotel bintang lima. Meski demikian, tengkleng asli adalah tengkleng yang disajikan dengan tulang belulang. Hal tersebut karena saat ini mulai banyak warung tengkleng fusion yang justru menyajikan tengkleng berisikan daging iga, bahkan daging tanpa tulang. Tentu saja penyajian itu sudah meleset dari pakem "keimanan" tengkleng sejati. Berhati-hatilah sebelum mencicipi tengkleng ini karena anda akan menemukan pemandangan yang "mengerikan". Tengkleng cemani menyajikan mata kambing, lidah yang masih menempel di rahang kambing plus giginya, otak kambing, pipi kambing, jeroan, dan berbagai bagian tubuh kambing lainnya. Tapi bagi penggemar, inilah puncak kenikmatan kuliner. Seruput pula kuahnya pelan-pelan. Meski minimalis, kuah Tengkleng sungguh lezat. Rasa kuahnya gurih asam dan manis yang terdiri dari campuran dari kemiri, kunyit, bawang merah dan bawang putih yang dihaluskan. Bumbu-bumbu tersebut direndam bersama tulang belulang kambing dan dimasak hingga 4 jam, sehingga bumbu lebih meresap dan daging lebih empuk. Hmmm, tertarik? yuk makan Tengkleng... mbeeeek... mbeeekkk.... [caption id="attachment_19065" align="aligncenter" width="448" caption="Otak Kambing dlm Tengkleng / Foto : Junanto"][/caption] [caption id="attachment_19066" align="aligncenter" width="448" caption="Sate dalam Tengkleng / Foto : Junanto"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline