Lihat ke Halaman Asli

Cobaan Hidup adalah Sebuah Keniscayaan

Diperbarui: 25 November 2017   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak lama sepeninggal istri saya, April tepatnya tanggal 8 tahun 2016 cobaan kembali datang menerpa. Dokter memfonis saya gagal ginjal dan harus menjalani serangkaian proses hemodialisa (HD) alias cuci darah hari itu juga.

Bak langit runtuh. Berkecamuk segala rasa. Perih, sedih, susah, bahkan protes kepada Tuhan. Belum genap satu tahun almarhumah itri tercinta dipanggil , kini saya ditimpakan cobaan sebesar ini. Sempat terucap dalam hati "kok Tuhan tega dan tidak adil ya ?". Subhanallah, astaghfirullah tersadar dan mohon maghfirah ya Rabb.

Jadwal cuci darah dua kali seminggu terasa sangat berat diawal. Apalagi dari kecil saya memiliki traumatis terhadap jarum suntik. Namun apa daya, hanya keringat dingin yang berulang kali protes. Diawal saya menjalani prosedur ini, saya kerapkali keluar masuk rumah sakit untuk opname karena kondisi yang sering drop. Namun tak tarasa seiring dengan perjalanan waktu, sembilan belas bulan berlalu. Hari demi hari minggu demi minggu bahkan hampir dua tahun rutinitas ini berjalan. Alhamdulillah rutinitas yang dulu adalah beban, kini sudah bisa dinikmati. Saya sudah berdamai dengan rasa sakit, jarum suntik, kantong darah, dan aroma rumah sakit. Saya sudah ikhlas. Perilaku dan pelayanan medis, paramedis dengan segala macam karakternya menjadikan proses HD bak symphony yang pantas untuk dinikmati.

Kesembuhan? Wallahualam.  Proses HD, menurut bocoran dari dokter fungsi utamanya ada dua; pertama mencuci darah dari racun dan toxin dan kedua mengeluarkan cairan yang berlebih dalam tubuh karena penderita gagal ginjal sudah tidak bisa buang air seni dengan normal. Ginjal bak filter dalam kendaraan yang berfungsi sebagai penyaring racun dalam tubuh.

Kebetulan di rumah sakit tempat saya cuci darah di sebuah kota kecil di jawa tengah terdapat 25 mesin yang berfungsi dua shift setiap hari pagi dan siang. Jadi komunitas kami kurang lebih 50-an orang penderita setiap hari. Cerita sedih susah dan bahkan horor adalah makanan sehari-hari di antara kami, pasien HD. Hampir setiap minggu diantara kami ada yang "absen" istilah prokem diantara kami untuk para sohib yang dipanggil Illahi alias meninggal dunia.

Opname dan rawat jalan adalah aktifitas lain yang mewarnai keseharian kami. Mulai dari gangguan ringan; alergi gatal, susah tidur, sesak napas, mual, demam dan lain-lain adalah bawaan  gagal ginjal yang sudah lumrah. Awalnya berat namun setelah saya memahami skema yang dilimpahkan Tuhan kepada saya saat ini, saya menjadi tersadar dan mulai mengikuti alurnya dengan baik, legowo dan ikhlas meskipun berat. Komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit ini, tubuh yang mengurus kering, kulit yang menghitam, puluhan obat tiap hari, dan hanya 250 ml air yang diijinkan untuk diminum per-hari, semuanya telah menjadi teman akrab keseharian saya. Alhamdulillah.

Kisah nyata ini saya tulis dengan harapan supaya penderita gagal ginjal, dan pasien HD meyakini bahwa ini sebagai sebuah keniscayaan. Sikap Positif harus terbangun sambil berharap keajaiban itu pasti ada.

Anda tidak sendiri. Bukankah GUSTI ALLAH MBOTEN SARE? (ALLAH TIDAK TIDUR).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline