Mungkin kita sudah sering mendengar kata sakit. Orang yang dipukul akan merasakan sakit. Bukan hanya dipukul seseorang merasakan sakit. Mendengar ungkapan cacian dan sumpah-serapah, seeseorang bisa mengalami sakit. Bahkan, melihat pasangan kita selingkuh, rasa sakit juga bisa muncul.
Aku suka memikirkan hal-hal kecil dan tak terlihat oleh mata. Termasuk tentang rasa sakit. Jawaban tentang rasa sakit itu kudapatkan setalah banyak melewati dan menemukan realitas hidup sehari-hari. Rasa sakit itu muncul karena sel darah pecah atau terjadi gelombang cairan.
Misalkan, jika kita dipukul atau dicubit merasakan sakit, itu akibat darah pada kulit mengalami gangguan, gelombang, atau penyempitan ruang darah untuk mengalir. Jika kulit dipukul, maka gelombang darah tidak beraturan. Sehingga gelombangnya mendesak urat saraf mendadak mengembang ringan.
Begitu juga sebaliknya. Jika urat yang menjadi jalan darah mengalir terhambat, maka kita akan merasakan sakit. Suatu ketika, aku memaki helm yang tidak pas di kepala. Helmnya terlalu kecil. Dalam perjalanan naik motor, kepalaku terasa sakit dan sangat pusing. Aku merasa aneh. Padahal sebelumnya keadaanky biasa-biasa saja.
Setelah tiba di tempat tujuan di Sidoarjo (Jawa Timur, saat itu aku masih tinggal di Surabaya) aku membuka helm dan meletakkan di spion motor. Tiba-tiba kepalaku secara perlahan terasa dingin dan ringan. Rasa sakit itu menyusut pergi. Saat aku memegang dahi, aku merasakan ada hal yang berbeda. Lalu, aku bercermin. Tepat pada bagian tengah dua alisku ada bekas tekanan helm. Tak heran jika kepalaku selama perjalanan tiba-tiba terasa sakit dan pusing.
Atas kejadian itu. Aku berpikir dan yakin, bahwa rasa sakit itu muncul ketika darah tidak mengalir. Contohnya seperti yang kuceritakan tadi. Tetapi, bisa juga jika aliran darah mengalami gelombang lebih, rasa sakit bisa muncul akibat gelombang darah yang naik. Misalkan sakit panas.
Sementara sakit hati karena pasangan selingkuh atau mendengar kata-kata (ucapan), itu akibat gelombang darah tak beraturan akibat respons otak dari sesuatu yang kita lihat, dengar, atau rasakan. Jika gelombang darah imbang, kita akan merasakan tenang, nyaman, dan bahagia.
Maka dari itu, kita dianjurkan agar tidak marah agar hidup tenang. Karena ketika kita marah, aliran darah naik dan tentu rasa sakit muncul. Setiap aku merasakan sakit, aku selalu mencari cara agar aliran darah kembali normal, seperti memijat atau mengalihkan respons otak atas segala yang dilihat, didengar, atau diraba dalam pikiran. Aku masih belum menemukan jawaban untuk pertanyaan batinku sendiri: mengapa rasa sakit itu hanya berkaitan dengan darah? Perasaan kita sakit karena hati berupa darah.
Yogyakarta, 25 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H