Di lingkungan sosial, perempuan yang menjadi janda sering menjadi bahan gunjingan. Hingga, kadang menarik para lelaki hidung belang untuk menggodanya. Katanya, janda lebih sering merasa kesepian karena ditinggal mati oleh suaminya. Terlebih jika janda itu berstatus "janda muda". Dalam pemahaman kita, janda adalah perempuan bersuami yang ditinggal mati oleh suaminya. Ada banyak lelaki yang menginginkan janda, tapi banyak perempuan yang tidak menginginkannya. Perempuan janda harus menahan peri di telinganya atas gunjingan orang lain.
Begitu rumitnya menjadi janda seperti yang digambarkan oleh Jane Austin dalam novel berjudul Lady Susan ini. Novel ini diperkirakan ditulis pada abad XVII dan baru dipublikasikan pada abad XVIII dengan nuansa kisah korespondensi surat. Sosok Lady Susan di dalam karya ini menjadi daya tarik untuk diperbincangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dia merupakan korban jandaisme dengan satu anak karena ditinggal mati oleh suaminya.
Seperti janda pada umumnya, Lady Susan mendapat cibiran dan bahan gunjingan dari para tetangganya dan terlebih banyak dibicarakan oleh kaum lelaki. Sebuah simulasi yang lumrah terjadi di lingkungan sosial kita. Namun, dengan status janda, Lady Susan tetap meyakinkan dirinya agar tidak dipermainkan oleh lelaki. Kebanyakan lelaki menyukai janda karena eksotisitas seksualnya lebih berpengalaman dibanding perawan.
Kehadiran status janda di lingkungan sosial menjadi bomerang. Seorang suami bisa meningglakan istri lamanya demi mendapatkan janda dan membiarkan istirnya menjadi janda baru (hlm. 12). Keadaan demikian yang dialami oleh Lady Susan. Sehingga, tak heran bila banyak kaum perempuan yang mencibir dan menjelek-jelekkan. Padahal, berhias menjadi kebiasaan Lady Susan, bukan demi menarik suami orang lain. Dalam lingkungan kita, sosok janda kadang dipandang sebagai perempuan yang lemah, apalagi ditinggal suaminya karena cerai, bukan kematian, lalu memburu lelaki lain untuk meramaikan batinnya yang merasa kesepian.
Lady Susan hadir dengan keluwesan dalam bertingkah, sehingga memikat lelaki untuk mempersuntingnya. Meskipun pada kenyataannya, dia bukan sosok perempuan yang cerdas seperti perempuan kebanyakan pada masanya. Tapi, hal itu yang membuat kaum perempuan dengki kepadanya dan kaum lelaki geli saat melihatnya.
Tapi, berbeda dengan Lady Susan yang penuh dengan tantangan dan keberanian untuk mendekati lelaki bernama Reginald yang membencinya tapi akhirnya bertekuk lutut di hadapannya (hlm. 108). Sebenarnya, Susan akan dinikahkan dengan James, namun dia lebih memilih Reginald, lelaki yang membencinya namun bertekuk lutut.
Satu alasan Lady Susan lebih memilih cepat menikah setelah dirinya berstatus janda, yaitu agar Johnson yang meninggalkan istrinya bisa kembali lagi dan tak banyak berharap mendapat kehangatan dari Lady Susan. Dengan begitu, Susan telah mencegah rumahtangga yang akan hancur karena statusnya. Sebuah guratan pesan yang patut ktia jadikan sebuah pelajaran agar seorang perempuan jangan terlalu lama menjanda dan segera memilih lelaki yang tidak berumahtangga.
Karya ini merupakan sebuah kisah yang disajikan dalam bentuk novel korespondensi surat-menyurat antara Lady Susan, Reginald, Smith, Johnson, Fredica, dan Alicia. Satu surat bercerita dan mencarikan solusi agar status janda Lady Susan tidak menimbulkan persoalan baru kehidupan rumahtangga orang lain. Sosok Lady Susan dalam buku ini menjadi misteri yang perlu dijadikan renungan oleh masyarakat Indonesia, khususnya para para perempuan dalam menyikapi persoalan hidup dalam berumahtangga. Selamat membaca!
Judul : Lady Susan
Penulis : Jane Austen
Penerbit : Qanita
Cetakan : I, September 2016
Tebal : 132 hlm.; 20,5 cm
ISBN : 978-602-402-042-2
Oleh : Junaidi Khab*
* Adalah Akademisi dan Pecinta Baca Buku asal Sumenep, lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya. Sekarang Bergiat di Komunitas Rudal Yogyakarta.