Lihat ke Halaman Asli

Lembutkan Hati yang Keras

Diperbarui: 26 Maret 2024   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva by me

Malam-malam sendirian di rumah. Memangnya suami di mana? Suami sedang dinas di luar kota. Hanya doa yang terlontar dari mulut untuk menyertai perjalanannya. Meski sendiri di rumah, tetapi gawai saya penuh dengan suara dari zoom meeting. Tepat sekali! Saya sedang kuliah malam ini.

Berhubung sedang kuis, saya memiliki kesempatan untuk menulis sebentar. Kok bisa? Iya, kebetulan saya ditanyai urutan keempat oleh dosen, sehingga masih ada waktu senggang untuk menulis. Kesempatan ini dengan sengaja saya gunakan untuk melihat status di media sosial. Lagi-lagi tanpa sengaja saya membaca sebuah status dengan kalimat berikut "ati sing keras bakal angel nampa kebenaran, senajan kebenaran kuwi padange kaya srengenge" yang artinya "hati yang keras akan sulit menerima kebenaran, meski kebenaran itu seterang cahaya matahari". Status tersebut membuat pikiran saya tergugah. Benar juga, ketika hati begitu keras maka ia tidak dapat menerima apapun. Meski hal tersebut sangat bercahaya sekalipun.

Misalnya Mawar (nama samaran) memiliki sifat yang sangat keras. Setiap hari ia senang marah-marah, tidak mau mengalah, maunya menang sendiri, dan sombong. Suatu ketika Melati (nama samaran) berhasil memenangkan lomba lari. Melati berhasil mengalahkan Mawar. Karena Mawar memiliki sifat yang angkuh dan tidak mau kalah, ia memfitnah Melati bahwa ia curang ketika berlari, bahwa Melati memakai obat supaya tidak cepat lelah.

Keangkuhan yang dimiliki Mawar membuatnya tidak dapat menerima kenyataan bahwa Melatilah pemenangnya. Kisah ini pun hanya sebagai perumpamaan saja.

Apabila dibawa dalam keseharian, ada kemungkinan tanpa disadari kita memiliki hati yang keras. Bisa jadi kita tidak dapat menerima kenyataan bahwa gaji kecil dengan beban kerja tinggi. Ada kemungkinan kita iri dan dengki ketika ada teman yang naik gaji lebih cepat. Bisa juga kita tidak dapat menerima apabila teman-teman cepat naik jabatan.

Atau jangan-jangan saya juga demikian ya?

Iya, benar sekali! Dengan sangat sadar, saya juga memiliki hati yang keras. Terkadang saya hanya ingin didengar, terkadang saya hanya ingin dipahami tanpa bisa memahami orang lain.

Dalam lain waktu, saya juga tidak dapat menerima kebenaran bahwa saat ini saya menerima karma buruk atas perbuatan buruk yang telah dilakukan di kehidupan lampau.

Lantas bagaimana?

Apabila kita terlanjur memiliki hati yang keras, mari bersama-sama kita berubah. Berubah menjadi lebih baik. Belajar melembutkan hati yang keras. Belajar untuk mengendalikan diri. Belajar untuk lebih sering berdoa supaya kualitas spiritual meningkat. Belajar untuk menerima fakta supaya lebih bahagia. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih lembut supaya menjadi lebih baik.

Sekali lagi, ayo jadikan hati yang keras menjadi lembut supaya lebih banyak fakta dan kebenaran yang dapat kita terima.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline