Lihat ke Halaman Asli

Teguran Atasan Tidak Selamanya Buruk

Diperbarui: 10 Januari 2023   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Sebagai seorang manusia yang masih membutuhkan pekerjaan demi bertahan hidup (karena belum bisa membuat lapangan pekerjaan sendiri) saya menemui banyak suka duka dalam bekerja.

Sangat tidak mungkin apabila bekerja ikut orang lain tanpa adanya duka. Pasti ada saat-saat di mana kita dimarahi bos, dimarahi teman, salah input data, salah menjual barang, salah membeli barang, salah berbicara, salah mendesain, salah menulis laporan, bahkan sampai lupa untuk mengemas barang yang akan dikirim hari ini. Tapi tidak serta merta semua kesalahan ini adalah berdasar niat. Tidak mungkin juga kita berniat melakukan kesalahan saat bekerja bukan?

Dalam bekerja saya juga pernah melakukan kesalahan-kesalahan tersebut tanpa disengaja. Namun, berdasar kesalahan yang telah dilakukan membuat saya belajar banyak hal. Memang tidak semua hal bisa kita lakukan secara sempurna, akan tetapi apabila bisa melakukan yang terbaik mengapa tidak bukan?

Ketika saya melakukan sebuah kesalahan lalu ditegur oleh atasan awalnya saya marah dengannya. Tapi, lambat laun saya jadi berpikir, buat apa saya marah dengan atasan hanya karena ia menegur kesalahan saya? Toh apa untungnya apabila saya hanya fokus pada teguran atasan? Lebih baik saya fokus untuk mencari cara agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali, walaupun nanti terulang kembali saya sudah tahu cara mengatasinya.

Teguran pedas dari atasan juga pernah membuat saya ingin segera resign dari kantor meski baru sebulan bekerja. Tapi semakin bertambahnya waktu saya jadi berpikir, "untung bulan lalu tidak jadi resign, andai resign pun saya jadi kalah dengan keinginan diri sendiri untuk segera mengundurkan diri dari pekerjaan".

Teguran pedas dari atasan memang membuat sakit hati. Tapi apakah saya hanya akan fokus pada ucapannya yang kurang menyenangkan? Ternyata, tidak. Saya bisa melewati proses melupakan teguran pedas dari atasan dengan tetap berkarya, menjadi diri sendiri, dan terus belajar hal baru demi mengembangkan diri tanpa harus bersembunyi di balik topeng demi menarik perhatian atasan.

Teguran sekali dua kali dari atasan tidak selalu buruk, itu bergantung pada cara kita menyikapinya. Biasanya teguran berisi saran agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama supaya kita bisa maju dan berkembang. Hanya saja saat apabila teguran disampaikan dengan cara yang kurang baik dan terkesan tidak memanusiakan manusia, sepertinya memang ada yang salah dengan cara pikir seorang atasan. Itu berarti atasannya yang harus instrospeksi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline