Lihat ke Halaman Asli

Keanehan Pikiran Manusia sebagai Umat Awam

Diperbarui: 6 November 2022   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pikiran manusia selalu penuh keanehan. Saat pikiran aneh, tindakannya pun aneh. Karena itu ada aturan moral untuk umat awam. Dalam Buddhis, umat awam memiliki Panca Sila atau aturan moral sebanyak lima buah untuk dipraktikkan dalam keseharian. Lima aturan moral ini di antaranya menghindari pembunuhan, pencurian, berzina, ucapan bohong, dan minum/makan sesuatu yang bisa menyebabkan lemahnya kesadaran.

Sebagai umat awam yang menganut ajaran Buddha tentu sudah tidak asing lagi dengan lima aturan moral ini. Tapi, belum tentu bisa mempraktikkan dengan baik dalam keseharian. Mengapa? Karena manusia tidak ada yang seragam, ada perbedaan karakter, kepercayaan, dan juga pekerjaan.

Misalnya, seorang nelayan setiap hari menangkap ikan yang secara otomatis si nelayan ini membunuh ikan demi menghidupi keluarganya. Apalagi para koruptor yang "secara tidak sadar" mencuri uang yang seharusnya bisa digunakan untuk orang lain. Lalu orang yang tidak bisa mengendalikan pikiran dan nafsunya sehingga mudah untuk berselingkuh, melecehkan orang lain, bahkan berzina dengan orang yang tidak pantas. Terlebih lagi dengan seseorang yang suka bohong pasti hidupnya tidak tenang.

Berbeda lagi dengan seseorang yang suka minum-minuman yang memabukkan, habis 5 botol misalnya. Dari 5 botol ini pasti ia tidak memiliki kesadaran penuh yang akhirnya bisa memicu untuk melakukan pelanggaran sila yang lain, seperti membunuh, mencuri, melecehkan seseorang, dan berbohong.

Contoh tersebut sangat sering kita lihat di mana-mana, entah berita di media online, televisi, ataupun surat kabar lainnya. Sayangnya, kita kadang tidak menyadari beberapa hal yang telah dilakukan adalah melanggar lima aturan moral sebagai umat awam.

Bingung ya? Baiklah mari kita bahas lebih lanjut. Saat sedang menyapu pasti tidak sengaja ada semut kecil yang terbunuh. Ini tidak sengaja lho, lalu mau menyalahkan semutnya? Owalah sableng. Yang patut disalahkan adalah kesadaran kita. Kenapa kita tidak bisa lihat ada semut di lantai? Atau jangan-jangan ada makanan di bawah sofa sehingga mengundang semut datang. Itulah pentingnya menjaga pikiran supaya senantiasa bersih. Kalau pikiran bersih, perilaku pasti bersih jadinya tidak ada makanan yang tercecer sehingga mengundang makhluk lain datang dan akhirnya terbunuh. Memangnya jailangkung---datang tak diundang, pulang tak diantar.

Contoh yang lainnya adalah korupsi waktu. "Ah telat lima menit doang!". Lima menit doang katamu? Wah, sableng. Kebiasaan buruk ini yang sulit dihindari, saya pun masih suka telat untuk masuk kerja. Tapi kalau ada acara makan-makan, selalu on time! Lebih gila lagi ini! Baiklah, kita terlalu sering berpikir bahwa korupsi hanya tentang uang saja. Padahal, waktu pun bisa dikorupsi. Katanya sudah di jalan, eh masih rebahan. Katanya sudah mau sampai, eh ternyata masih jalan santai. Yang salah siapa? Pikiranmu yang salah.

Dua contoh ini sederhana memang. Tapi kalau direnungkan lebih lama ada benarnya juga. Tidak sengaja membunuh semut kalau keseringan juga bisa menimbulkan karma buruk. Menyepelekan waktu apalagi ditambah berbohong kalau keseringan juga bisa membuat orang tidak percaya lagi dengan kita.

Lalu bagaimana?

Ibarat suatu perjalanan, perlahan tapi pasti sampai tujuan. Sama dengan keanehan cara berpikir manusia pasti ada jalan keluarnya. Mudah saja, duduk santai sambil minum kopi. Rasakan hangatnya tiap sruputan kopi dan tanya pada dirimu sendiri:

"Sudahkah aku mempraktikkan 5 sila dengan baik?" -- kalau belum ayo praktikkanlah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline