Seandainya saya berprofesi sebagai perupa atau seniman seni rupa. Maka saya akan mengekspresikan gagasan saya dalam bentuk gambar hidup tiga dimensi melalui karya seni rupa mural. Mural merupakan karya seni yang sudah ada sejak zaman 30.000 sebelum masehi. Mural dikenal sebagai lukisan yang terdapat di dinding, langit-langit, atau di permukaan datar, cembung dan cekung biasanya berskala besar.
Tetapi sebagai seniman dan juga sebagai warga negara yang baik-baik saja. Saya tidak akan menggambar mural dengan gambar Pak Jokowi seacara realis paling banter saya gambar dalam bentuk karikatur. Tidak pula akan menggambar wajah Bu Puan Maharani karena saya tidak akan bisa menyaingi baliho miliknya, dengan jurus kepak-kepaknya.
Saya malah ingin sekali menggambar Bung Karno. Dengan konten narasi curhatan kepada Bung Karno seperti ini,"Setujukah Bapak tentang Perpanjangan PPKM Yang berlevel-level Seperti Cemilan Ceriping atau Geprek Ayam Goreng?
Bisa juga saya akan menggambar kepulauan Indonesia, dengan tulisan "Dijajah Belanda : 3,5 Abad, Dijajah Jepang : 3,5 Tahun, Dijajah Corona : 2,5 Tahun, Terus Kapan Merdekanya".
Atau saya akan mengekspresikan goresan tnagan saya dalam bentuk gambar wajah warga ynag sedang muram durja dengan capture Kepanjangan PPKM secara lucu-lucuan saja. Mungkin juga akan saya gambar karikatur Pak Suharto dengan narasi poster Piye Kabare ? Eank jamanku toh? bersanding gambar karikatur Pak Jokowi dengan narasi poster Ruwet Mbah!
Iya, mungkin itu sebagai mimpi ekspresi seni mural saya di dinding di sepanjang jalan utama yang letaknya strategis. Biar semua orang bisa membaca ide, gagasan, karya dari seorang seniman seni rupa yang tidak maju-maju karena malas ikutan festival atau pameran di galeri kampus ISI maupun di galeri museum Affandi atau Taman Budaya Yogyakarta.Tetapi senangnya mengkritik pemerintah lewat karya seni rupa berbentuk mural.
Dirgahayu Indonesia Ke -76. Merdeka Bangsaku. Merdeka Indonesiaku. Indonesia Tangguh. Indonesia Tumbuh. Panjang umur perjuangan. Pantang pulang sebelum corona hilang.
Tapi sayangnya, saya ini bukan siapa-siapa. Saya bukan seniman seni rupa. Jadi, kesimpulannya apa yang saya narasikan diatas hanyalah sebuah mimpi belaka. Dan tidak pernah terjadi. Jadi Pemerintah tidak perlu menghapus ekspresi goresan mural saya, di sepanjang jalan strategis yang saya miimpikanan itu.
Seandainya saya jadi seniman seni rupa maka itu yang akan saya ekspresikan dalam rangka menyambut perayaan HUT RI Ke-76 dengan tema Indonesia Tangguh.Indonesia Tumbuh. Dan buat pendukung Pak Jokowi tidak perlu repot-repot menghapus ide mural saya, karena itu cuma sebuah mimpi saja andaikata saya sebagai perupa. Sayangnya, saya ini bukan siapa-siapa dan bukan pula seniman seni rupa.
(Gedangan, 18/8/2021 -- JUNAEDI,S.E.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H