Lihat ke Halaman Asli

Junaedi SE

Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Sapa Aruh dan Jaga Warga sebagai Ikhtiar dalam Penanganan Covid - 19

Diperbarui: 17 Juli 2021   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

             Setiap warga perlu memberdayakan diri dengan sistem kelompok jaga warga, agar terbangun RT/Dusun siaga tangguh melalui kesepakatan bersama. Sebagai satuan komunitas sosial terkecil, pelaksanaannya akan relatif mudah dan saya anggap komunitasnya masih berpegang pada kearifan lokal sebagai dasar tindakan. Mengingat kondisi  pandemi Covid-19 kian meluas, harapan  kita semua sebagai  warga  masyarakat desa juga dapat meningkatkan kepedulian untuk sapa aruh atau saling menyapa atas kondisi kesehatan dan keselamatan tetangga guna meningkatkan kesiapsiagaan warga. Menurut Islam sebagai muslim kita diperintahkan untuk peduli terhadap tetangga karena seberapa besar kepedualiaan terhadap tetangga dapat menakar  tingkat keimanan seseorang. Nabi bersabda," barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tetangganya".  Menurut KBBI, memuliakan berarti menganggap (memandang) mulia; (sangat) menghormat; menjunjung tinggi. 

               Memuliakan tetangga berarti lebih tinggi tingkatannya daripada sekedar sapa aruh atau saling menyapa atas kondisi kesehatan dan keselamatan tetangga. Sapa aruh atau saling menyapa secara otomatis sudah include dengan memuliakan tetangga. Dalam keterangan lain, dari Abu Syuraihra bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda," Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman. Ada Sahabat yang bertanya," siapa itu  Ya Rasulullah?," jawab Rasul yaitu orang yang tetanganya tidak aman dari gangguannya" (H.R. Bukhari ). Mengapa Rasul mengulang sampai 3 kali demi Allah seseorang tidak beriman, artinya tidak sempurna imannya, atau hilang iman sama sekali bagi yang menganggapnya boleh, atau ia tidak mendapatkan balasan seorang mukmin, atau pengulangan itu menegaskan dan memberatkan suatu larangan.

                  Bentuk ketidaknyamanan yang dimaksud oleh hadits diatas adalah dapat berupa huru-hara, pencurian, kejahatan, dan hal-hal yang membahayakan yang menjadi pelampiasan kejahatan. Apa saja hak tetangga dari diri kita? Pertanyaan ini pernah ditanyakan para Sahabat kepada Rasulullah SAW, Rasul SAW menjawab," apabila ia meminta pinjaman kepadamu engkau meminjamkannya. Apabila ia membutuhkan sesuatu engkau memberikannya. Apabila ia meminta pertolongan kepadamu engkau menolongnya. Apabila ia ditimpa kemiskinan engkau membantunya.Apabila ia mendaptakan kebaikan engkau ucapkan selamat kepadanya. Apabila ia menerima cobaan engkau menghiburnya. Apabila ia meninggal engkau mengiringi jenazahnya. Jangan tinggikan tembok rumahmu sehingga angin terhalang untuknya. 

                  Jangan sakiti ia dengan aroma masakanmu kecuali engkau berikan sebagian darinya. Apabila engkau membeli buah maka hadiahkanlah pula untuknya. Apabila engkau tak mampu melakukannya maka curahkanlah kegembiraan dalam dadanya. Jangan keluarkan anakmu untuk menciptkan kemarahan dalam diri anak-anaknya( H.R.Ath Thabrani). Tetangga adalah orang terdekat di mana kita tinggal, yang mengetahui situasi dan kondisi kita, dalam suka maupun duka sebelum orang lain atau saudara kita tahu. Seberapa pedulikah kita dengan tetangga kita bergantung pada tingkat keimanan kita kepada Allah SWT. Memuliakan tetangga adalah paket lengkap tanpa terkecuali di dalamnya mengatur sapa aruh dan jaga warga, adalah ihtiyar kita sebagai muslim dalam menekan penyebaran Covid-19 berbasis mikro.

            Bagaimana sikap kita sebagai muslim, dan sebagai warga masyarakat ketika di kampung kita ada yang terpapar Covid -- 19? Menurut saya, berdasarkan pada keterangan hadits diatas dengan konsep memuliakan tetangga dengan sapa aruh dan jaga warga. Perlu pemahaman yang sama bagi semua warga desa terkait informasi terkini tentang penderita  Covid -- 19. Apabila ada warga yang terpapar positif langkah pertama yang harus dilakukan adalah melaporkan diri kepada ketua RT setempat.  Langkah kedua, saling bekerja sama untuk membantu  warga yang terpapar Covid -- 19 dengan cara memberi sosialisasi kepada semua warga masyarakat bahwa menderita penyakit Covid -19 itu bukanlah aib, tetapi ujian kenaikan tingkat. Oleh karena itu, kita harus jujur, terbuka tidak perlu merahasiakan, menutup -- nutupi apabila ada yang merasakan gejala -- gejala penyakit seperti batuk, pilek, tidak bisa membau, tidak bisa merasa makanan maka segera laporkan kepada ketua RT setempat. Jika ternyata ada salah satu tetangga kita ada terinfeksi poistif Covid -- 19, maka diperlukan kerja sama antar semua warga membantunya, dengan mencarikan  solusi apakah perlu isoman mandiri (isoman) di rumah ataukah karantina di Shelter Covid -19.  

               Kemudian langkah selanjutnya, tetangga yang sedang menjalani isoman atau karantina di Shelter Covid -- 19, harus disuport terkait kebutuhan pokok harian keluarganya dengan jalan penggalangan dana sosial (iuran warga) yang dikoordinir oleh ibu -- ibu pengurus dasa wisma/PKK. Perhatian dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain dengan saling mensuport dalam bentuk sosialisasi informasi tentang penyakit Covid -19, mensuport informasi penanganan Covid -19 merupakan bentuk kepedulian sosial yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Memberikan perhatian kepada tetangga yang terkena Covid -19 dengan pendekatan nguwongke, mendengarkan curah pendapat, menghibur dengan kata -- kata yang positif, memberikan solusi atau jalan keluar terkait penyakit yang dideritanya  penting dilakukan, karena dapat menguatkan mentalnya, sehingga dapat meningkatkan daya tubuhnya, sehingga tidak butuh lama proses pemulihan penyakitnya. 

            Jangan tinggalkan tetangga kita yang terpapar Covid -- 19 dalam ketidaktahuan dan ketidaktentuan menunggu kepastian tempat karantina sementara ada risiko penularan Covid -- 19  kepada keluarga dan warga desa lainnya. Bantulah mereka dalam proses recovery ketika menajalani perawatan. Hiburlah mereka dengan kata -- kata penyemangat atau cerita -- cerita lucu untuk memacu senyum mereka. Mereka juga harus bahagia, hati harus senang agar daya dayan tubuh (imunitas ) meningkat.

JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline