[caption id="attachment_167113" align="aligncenter" width="500" caption="Foto Bersama Peserta Blogshop"][/caption] BLOGSHOP Kompasiana di Surabaya ini adalah blogshop yang ke empat yang pernah saya ikuti. Sebelum saya menulis tentang acara blogshop kompasiana di Surabaya, sepertinya saya perlu sedikit mereview jejak sebelumnya ketika mengikuti blogshop, apalagi saya belum pernah sekalipun menuliskan kegiatan blogshop yang pernah saya ikuti sebelumya. Pertama, blogshop di Solo sekitar akhir bulan Januari 2011 lalu. Secara geografis, saya berada cukup jauh dari Solo. Namun begitu, saya tetap datang ke tempat ini. Kebetulan saya juga ada acara di Solo sebelumnya. Dalam blogshop di Solo itu, saya tak terlalu fokus dengan acaranya, di samping saya telat datang dan tempat duduk saya jauh dari layar sebab kursi yang ditata tidak melingkari meja, tapi berderet ke belakang. Saya tak terlalu “menyesali”, di samping saya masih kebagian nasi kotak, juga persis yang duduk di samping saya adalah kompasianer special asal solo, yang juga dating lebih lambat lagi daripada saya, siapa lagi kalau bukan Tante Paku. Namanya pakai istilah “tante”, barangkali saja ada yang menduga dia perempuan. Tetapi ternyata dia lelaki berkumis tebal dan berperawakan gempal. Entah mengapa memakai nama “Tante Paku”, saya tak sempat bertanya tentang namanya, barangkali saja karena ia mempunyai “paku” sehingga menamakan dirinya dengan “Tante Paku” :) Tak hanya dengan tante paku saja saya intensif berkomunikasi. Ada lagi kompasianer Solo yang beberapa hari sebelumnya sempat saya tanyai rute menuju lokasi. Kompasianer ini adalah Mbak Yus Mei Safitri, seorang wartawati olahraga surat kabar yang terbit di Solo, yang ternyata juga kenalan kawan saya di pondokan dulu, yang juga wartawan olahraga pada salah surat kabar terbesar di Indonesia yang berbasis di Surabaya. Antara Mbak Yus Mei dan kawan sepondok saya ini ada kesamaan, di samping pewarta olahraga, juga fans berat klub “Setan Merah” yang hari-hari terakhir permainannya tak kesetanan lagi :) Blogshop di Solo itu menghadirkan pembicara dari admin kompasiana, Bang Isjet, dan Wartawan Kompas, Wisnu Nugroho, yang telah menelurkan buku fenomenal hasil “ngompasiana” seputar istana presiden. Kedua, blogshop yang saya ikuti adalah di Surabaya, tepatnya di Gedung Expo Gramedia, di Jalan Basuki Rachmat pada bulan April 2011. Acara blogshop kala itu agak berantakan bahkan terkesan dadakan. Ini karena acara blogshop hanya menjadi acara sisipan dalam event Gramedia Expo. Bhakan, admin kompasianer, Bang Isjet kala itu sempat kebingungan ketika mau presentasi, sebab sarana dan pra sarana belum dipersiapkan sepenuhnya oleh panitia. Lokasi pun sempat berebutan dengan panggung hiburan tempat pentas anak-anak TK, sehingga kala itu tempat duduk antara anak-anak TK dengan peserta blogshop harus dibagi dua untuk dipakai secara berdampingan. Yang sebelah ikutan blogshop yang sebelahnya lagi melihat pentas anak-anak TK, tentu saja acaranya kacau dan tak nyaman. Dalam acara kali ini, saya bertemu dengan Kepala Desa Rangkat, Pak Kades Rangkat yang datang langsung dari Jember. Sebelumnya kami memang berkomunikasi lewat inbox dan FB untuk bertemu di acara Blogshop ini. Pak Kades Rangkat ini penyuka dan pelaku pertanian, jadi agak nyambung dengan dunia saya yang tak jauh-jauh dari “ladang” dan “cangkul” ini. Ketiga, Blogshop Kompasiana di Malang pada bulan Juni 2011. Untuk blogshop kali ini, acaranya sangat meriah, disamping ada hiburan musiknya dan MC yang “renyah”, juga banyak obral hadiah ke peserta. Sepertinya lebih dari sepuluh HP keluaran terbaru dari sponsor utama dibagikan dalam acara ini. Surprise bagi saya dalam acara kali ini, bukan karena mendapat hadiah atau jamuan acaranya, tetapi pada pertemuan dengan seorang kompasianer asal Sumenep. Sebelumnya kami cukup aktif berinteraksi dilapak masing-masing, termasuk juga komunikasi “membuat janji” untuk bisa kopi darat di Malang. Acara di Malang ini dimulai pukul 10.00 hingga 17.00. Saya sendiri ketika itu jam 09.30 sudah berada di lobby lantai 2, persis di depan ruangan tempat acara akan dilangsungkan. Orang-orang atau peserta sudah mulai memasuki ruangan dan melakukan registrasi. Saya masih saja menunggu di lobby sambil melihat lalu-lalang orang, barangkali saja ada yang saya kenal. Dan ternyata tak satupun yang saya kenal. Sekitar lima belas menit menunggu saya melihat seorang lelaki sendirian datang langsung menuju ruangan. Saya pun bangkit, mengikuti orang ini dan antri registrasi di belakangnya. Feeling saya mengatakan bahwa dia adalah kompasianer asal Sumenep, meski saya tak bisa mengenal face-nya karena foto profil yang terpasang adalah foto anaknya. Di saat antri itulah, belum sempat saya bertanya, tiba-tiba dia bertanya kepada saya. “Dari mana Mas?” “Jombang” Jawab saya. Belum sempat saya bertanya balik, ia langsung menyebut nama saya. Sayapun langsung menyebut balik namanya. “Mas Dardiri ya”! Tanpa ia mejawab pertanyaan saya, kami akhirnya sama-sama terkejut dan tak menyangka bisa bertemu “lebih awal”. Salutnya, Mas Dardiri ini, lebih pas-nya Ustadz Dardiri ini ke Malang untuk mengikuti acara blgshop harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Sumenep dengan bus. Agar tak terlambat sampai di malang, ia berangkat dari kota di ujung timur Pulau Madura itu sekitar jam 02.00 dini hari. “Jihad” yang luar biasa untuk mengikuti acara blogshop dan bersilahturahim dengan sesama kompasianer. Akhirnya kami pun duduk satu meja termasuk juga kami dipertemukan dengan “Penyair Bernanah” di dunia Kompasiana, siapa lagi kalau bukan Om Hamzet asal Probolinggo yang juga abdi negara ini. Dalam Blogshop di Malang ini, embicaranya adalah Admin Kompasianer, Bang Isjet dan dari Kompas.com, Bang Heru Margianto. Dalam kesempatan itu, juga dihadiri pejaba infokom Kota Malang. Perjalanan Menuju Blogshop Surabaya Blogshop di Surabaya ini bagi saya terasa agak mendadak, karena saya baru mengetahui acara ini pada hari kamis jam 14.00, sekitar 40 jam sebelum acara blogshop berlangsung. Makhlum saja, sekitar 2 minggu saya tak membuka kompasiana karena tampilannya yang belum stabil dan sangat tidak nyaman buat penglihatan saya. Tanpa banyak pertimbangan, kamis sore itu saya langsung registrasi. Saya sempat bimbang ketika melihat jumlah peserta pada hari itu hanya 12 orang. Saya berpikir pasti acaranya seperti blogshop di Surabaya tahun sebelumnya. Namun, ketika selesai mendaftar, saya langsung menghubungi Mas Dardiri, kompasianer Sumenep yang telah saya kenal, apakah akan datang pada acara kali ini. Ia langsung merespon bahwa akan datang di acara Blogshop di Surabaya ini. Sekitar jam 06.00 pagi saya keluar rumah, meninggalkan “ladang” untuk hari ini, demi menghadiri acara Blogshop di Surabaya. Sekitar 25 menit saya menembus jalanan berkabut dengan motor butut menuju Mojoagung, kampungnya Ustadz Ba’asyir, Kota Kecamatan di sebelah timur Kota Jombang untuk berganti dengan naik bus menuju Surabaya. Biasanya dari Mojagung ke Surabaya bisa ditempuh sekitar 75 menit. Tak ingin terlambat, saya pagi itu langsung memilih bus patas yang baru berangkat dari pangkalannya. Sangat murah, biasanya bus patas ini bertarif sekitar 20.000 rupiah, tetapi pagi itu tarifnya cuma 5.000 rupiah, dan tanpa karcis, tak hanya saya, tetapi semua penumpang tanpa diberi karcis. Harga ini tentu masih di bawah tarif bus regular yang sebesar 6.000 rupiah. Bus melaju dengan kecepatan normal, kondisi jalanan juga tak terlalu macet. Perkiraan saya sampai terminal Purabaya sekitar jam 08. Tetapi apa mau di kata, sekitar 7 kilometer menjelang terminal, bus melakukan pengisian bahan bakar. Persoalannya bukan pengisian bahan bakar, tetapi waktu yang dihabiskan sekitar setengah jam, karena juga memperbaiki mesinnya yang kemasukan air. Terpaksa perjalanan saya pagi itu molor dan baru sampai terminal Purabaya sekitar jam 08.30. Padahal acaranya, sesuai jadwal akan dimulai pada pukul 09.00. Diterminal Purabaya, saya langsung beralih ke bus Damri untuk menuju Kawasan Tugu Pahlawan, dimana acara dilangsungkan di Gedung Bank Indonesia. Bus Damri di Surabaya yang saya naiki ini cukup nyaman, ber-AC dan tanpa penumpang yang berjubel serta disiplin menurunkan penumpang di halte-halte saja. Sayangya, tak semua rute terlayani bus ini, sebagaian rute masih dilayani dengan Bus Damri tanpa AC yang kondisinya sangat tak nyaman, seperti metromini di Jakarta. Perjalan dari terminal bus Purabaya ke kawasan tugu pahlawan sekitar sejam, padahal jaraknya kurang lebih 15 km. Ini disebabkan karena kondisi jalan yang padat dan merayap, terutama di kawasan Jl. Ahmad Yani dan sekitar kawasan Kebun Binatang. Jika kondisi tak macet biasanya bisa ditempuh 30-an menit. Jam 09.30 saya sudah sampai di kawasan Tugu Pahlawan, saya langsung turun bus persis di belakang gedung Bank Indonesia. Karena pintu belakang ini tertutup, terpaksa saya menuju pintu utama yang menghadap jalan yang arahnya ke selatan. Sekitar 200 meter saya menyusuri trotoar yang mengelilingi gedung BI. Saya langsung menuju lokasi acara di lantai 5. Ternyata acara belum dimulai, bahkan registrasi pun belum dimulai. Riuh rendah suasana di luar ruang utama. Saya belum masuk ke dalam, hanya berada di bagian luar ruang utama dan belum berbaur dengan kompasianer lain. Terlihat dari kejauhan, admin kompasiana, Bank Isjet, Pak Johan Wahyudi yang pernah saya lihat ketika blgshop di Solo, dan juga Omjay yang meskpiun saya belum pernah kopdar, tetapi sangat mudah saya kenali. Itu saja sementara yang saya ketahui dari kejauhan. Saya juga sedang menunggu kompasianer Sumenep, Mas Dardiri, yang katanya sudah keluar jembatan Surabaya. Saya pikir kalau sudah keluar jembata suramadu, hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk sampai gedung BI. Tetapi entah mengapa hamper sejam berikutnya, Mas Dardiri belum juga muncul. Blogshoppun Dimulai Sekitar jam 09.50 registrasi dimulai, saya pun bergabung ke antrian untuk registrasi dan membubuhkan tanda tangan pada banner yang telah disiapkan panitia. Selepas itu saya langsung menuj meja kosong yang berada paling belakang, tetapi tak terlalu jauh dari pembicara atau panggun acara. Acara pertama adalah sambutan dari pihak Bank Indonesia Surabaya yang diwakili Bapak Nurhadi. Hanya beberapa menit saja, padahal sejatinya saya mengharapkan uraian panjang lebar dari BI untuk menjelaskan tentang Bank Syariah (IB) yang akhir-akhir ini lagi saya “gandrungi”. Apa boleh buat uraiannya hanya sebentar. Namun begitu bagi saya tak ada yang sia-sia, tetap saja ada manfaatnya. Di saat sesi inilah, kawan saya, Mas Dardiri datang memasuki ruangan dan langsung menuju meja untuk duduk bersebelahan dengan saya. Ia datang bersama kawannya, kawan yang pernah dia angkat ke dalam salah satu tulisannya. Usut punya usut, ia dating terlambat karena salah turun. Ia turun dari tavel yang membawanya di gedung BII, bukan di BI. Makanya ia terlambat karena sempat “thawaf” di sekitar gedung BII yang jaraknya cukup jauh dari BI. Pembicara ke dua adalah kompasianer yang sudah “nyelebritis” di Kompasiana. Siapa lagi kalau bukan Pak Johan Wahyudi. Pak Johan lebih banyak menguraikan perihal manfaat pentingnya menulis, yang antara lain sebagai bagian dari berdakwah ataupun misionaris, mencari sahabat, termasuk juga manfaat materi atai financial. Hal inilah yang mendasarinya untuk menetapkan menulis sebagai pekerjaan sampingannya selain menjadi guru. Ia bercerita, jika ia telah menulis puluhan buku dan dari hasil menulis buku ini ia bisa membeli hutan jati dan membangu ruko. Bahkan ia juga bercerita, jika royaltinya dari buku-bukunya ada mencapai kisaran delapan digit untuk angka nol-nya! Setelah Pak Johan Wahyudi menjadi pembicara di sesi kedua ini, langsung break sekitar setengah jam, sebelum kemudian dilanjutkan dengan pembicara ketiga. Pembicara ke tiga kali ini sangat spesial, karena menjadi bintang tamu di Bloshop Surabaya. Seorang Novelis yang novelnya terjual laris dan telah diangkat ke layar lebar yang filmnya telah diputar di bioskop-bioskop sejak 1 Maret lalu. Filmnya pun sangat laris, sejak di putar hingga pertengahan bulan sekitar setengah juta orang telah menontonnya. Ya, dia adalah Ahmad Fuadi, yang menulis novel Negeri 5 Menara. Dari kegiatan menulisnya ini ia bisa keliling ke berbagai kota di banyak negara. Dalam pemaparannya dia menguraikan bagaiamana proses kepenulisannya hingga bisa menghasilkan karya tulis yang menjadi best seller. Setidaknya ia menyampaikan empat hal dalam proses kreatifnya, yaitu WHY, WHAT, HOW dan WHEN. [caption id="attachment_167118" align="aligncenter" width="300" caption="Pemaparan Bang Ahmad Fuadi"]
[/caption]
WHY, adalah alasan atau motivasi kita dalam menulis. Kita harus punya alasan yang jelas, mengapa kita menulis. Ini penting karena akan menjadi semacam suplemen atau “obat kuat” dalam menulis. Kemudian WHAT, apa yang akan kita tulis. Harus jelas dan dipetakan sedetail mungkin obyek yang akan kita gali menjadi sebuah tulisan. Ketiga HOW, bagaimana kita menulis. Ini terkait dengan teknik menulis dan ini bisa dipelajari dari buku-buku atapun pengalaman-pengalaman. Dan yang terakhir adalah WHEN, kapan kita memulai menulis. Ini sangat penting, percuma kita bisa melampaui tiga tahap sebelumnya tanpa di serta WHEN. Jadi intinya kapan kita mulai menulis? Yang menarik, ditengah pemaparannya, ia juga memutar trailer film-nya yang tentu saja ini membuat saya penasaran. Bagaimana sih filmnya? Apa semenarik novelnya? Entahlah, saya sendiri belum menikmati filmnya. Terakhir sebagai pembicara adalah dari Admin Kompasiana yang diwakili Bang Isjet. Tak asing lagi bagi saya, meskipun saya asing baginya :) Tak seperti “penampilan” pada blogshop-blogshop sebelumnya, kali ini ia tak terlalu panjang lebar mengupas masalah dunia tulis menulis karena ia merasa dua pembicara sebelumnya telah habis-habisany mengupasnya. Kalau blogshop-blogshop yang saya ikuti sebelumya, ia selalu membahas masalah citizen junalism, yang dalam slide-nya selalu menampilkan ilustrasi blog Raditya Dika dan Clarisa, serta foto-foto tragedi 11 September 2001 di Amerika, maka kali ini ia mengetengahkan tema yang “Bukan Tulisan Apa Adanya”. Dalam uraiannya, setidaknya dua hal besar yang bisa saya tankap dalam menghasilkan karya tulis yang “Bukan Tulisan Apa Aadanya”. Pertama adalah apa yang mau ditulis? Ini terkait dengan obyek yang kita angkat. Maka untuk bisa mencari obyek yang menarik adalah dengan memilih dari berseliweran obyek yang tertangkap. Bisa dengan cara memilih hal yang paling dikuasai, bukan sekadar yang disukai. Bisa juga memilih hal yang paling pertama di ketahui, karena ini akan menjadi tulisan unik dan mungkin juga uptodate. Atau dalam hal memilih, bisa memilih untuk dikemas dengan kemasan baru meskipun obyek atau topik lama. Kedua, untuk bisa menghasilkan tulisan yang “Bukan Tulisan Apa Adanya” adalah dengan membuat konten yang kreatif. Ada beberapa cara untuk membuat konten kreatif, misalnya membuat tulisan yang mendalam, artinya kita harus mengumpukan fakta dan data secara lengkap serta memaparkan informasi secara utuh. Berikutnya kita harus menuliskan secara detail, missal dengan membuat sub bab-sub bab atau pointer. Bisa juga dilakukan dengan gambar ataupun konten foto, karena gambar atai foto bisa bicara 100 kata. Terakhir bisa juga dengan membuat konten video, dan cara ini adalah paling efektif dalam mempengaruhi audien. Sebelum menutup pemaparannya, Bang Isjet sempat melempar kuiz dengan hadiah buku dan voucher menonton film. Beruntung saya sempat mendapat kesempatan menjawab pertanyaannya. Gampang saja pertanyaannya, sejak kapan Kompasiana didirikan? Pertanyaan itu sempat dilempar ke kompasiner lain, tapi jawabannya salah. Akhirnya sayalah yang mendapat lemparan pertanyaan itu. Sayapun menjawab tahun 2008. Ingatan saya sih bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda. Benarlah jawaban saya, dan sebuah buku plus voucher pun beralih ke saya. Dapat Voucher, Tapi Repot Namun yang membuat saya sedikit kerepotan setelah mendapatkan buku karya Omjay “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi”, dan sebuah Voucher menonton bioskop. Voucher inilah yang sedikit membuat saya repot. Voucher hanya bisa digunakan menonton film di jaringan bioskop 21 saja. Sementara di tempat saya, di Jombang, bioskop 21 yang pada tahun 1990-an hingga 2000-an menjadi bioskop termegah yang hanya memutar film-film box office, saat ini telah berubah menjadi pusat perbelanjaan. Mau tak mau saya terpaksa akan menggunakan voucher ini untuk menonton di bioskop kota tetangga. Toh di Jombang saat ini cuma ada satu gedung film yang tersisa. Itu pun kondisinya mati segan hiduppun enggan. Bahkan peruntukannya seringkali bukan untuk memutar film, tetapi dijadikan pentas teater atau drama. [caption id="attachment_167116" align="aligncenter" width="300" caption="Hadiah Kuiz, Buku dan Voucher Nonton"]
[/caption] Itulah beberapa pemaparan dari Admin Kompasiana di sesi yang keempat atau yang terakhir. Acara bloshop persis selesai jam 17.00. Mungkin ada yang bertanya, apa saya tidak bosan dengan acara mengikuti blogshop semacam ini yang sudah saya ikuti ke empat kalinya? Tentu saja tidak. Mengapa? Karena saya selalu menemukan semangat baru dalam hal tulis-menulis ketika selesai mengikuti acara seperti ini. Meskipun terkadang materinya sama dan “itu-itu saja”, tetapi selalu ada hal-halbaru yang saya tangkap. Selain itu, yang lebih penting adalah bisa bertambah kawan dan bersilahturahim dengan sesame kompasianer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H