"Mba, bagaiamana kalau ada buah didepan mba menjelang berbuka, dikelolanya gimana ? Ya dimakan de. Iya diapain mba, tanyaku. Dikupas lalu dimakan de", dan aku udahan nanya -_- Pada akhirnya akupun mengira bahwa olahan terbaik buah apapun itu ya buah murni tanpa campuran apapun.
Suatu sore aku pernah berstatement mengenai pengen nerapi JSR ah, pagi ga makan nasi, ga makan gorengan, dan jauh dari santan, dll. Seketika seorang dokter yang lewat kemudian menghampiriku dan berkata "seharusnya ga gitu de, jangan sampai kita terlalu bergantung dengan JSR. Diibarat seperti ketika kita percaya dengan batu ponari, maka seperti itu pula dengan konsep JSR Ketika kita terlalu bergantung dengan JSR khawatir akan terjadi kesyirikan seperti halnya percaya dengan batunya ponari, hanya berbeda objek dan nama saja. Dalam Al-Qur'an pun ada ayat kauliyah dan kauniyah. Seharusnya ilmu pengetahuan termaksud kesehatan tidaklah dibenturkan dengan dengan isi Al-Qur'an. Karena terdapat asosiasi antara ayat kauliyah dan kauniyah dalam Al-Qur'an.
Lanjutnya contoh "orang yang sudah berusia 20an tahun yang tidak memiliki tubuh yang ideal tentu membutuhkan karbo untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Lantas yang benar jika buka JSR gimana dok.? Ya, 4 sehat 5 sempurna de. Lalu kalau untuk infused water itu menurut dokter gimana. "kalau bisa makan buahnya kenapa tidak ? justru khasiatnya tidak akan terasa karena ia larut dan airnya mendominasi."
Poin yang ingin aku sampaikan adalah jika ada buah didepan mata ya, makan aja. InsyaAllah sehat kok. Terlepas dari pro dan kontra JSR dengan dunia kedokteran, perbedaan itu hal biasa tergantung kiita percaya kepada yang mana dan sesuai dengan pemahaman dan kecenderungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H