Kehadiran seorang anak ke muka bumi ini tak terlepas dari peran serta kedua orang tuanya. Hitam dan putih masa depan anak tergantung pula bagaimana cara kedua orang tuanya mendidik anak-anaknya.
Kondisi sosial, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah turut serta mewarnai kehidupan anak. Hal tersebut menjadi faktor penting dalam menentukan pertumbuhan fisik dan mentalnya dimasa depan.
Berkaitan dengan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2020, kita akan menyoroti peran seorang pendidik yang selama ini kehidupan sehari-harinya tak terlepas dari dunia anak-anak yaitu Mei Suprihartini, S.T., atau lebih dikenal dengan sebutan Bunda Mei. Perempuan kelahiran Cimahi, 20 Mei 1974 ini sangat aktif mengadakan berbagai kegiatan sosial, utamanya dalam hal pendidikan anak.
Kalau kita melihat latar pendidikan Bunda Mei sebagai seorang sarjana teknik elektro, tentu apa yang dilakukannya selama ini sangat bertolak belakang sekali. Bagaimana mungkin seorang sarjana teknik yang seharusnya bekerja di bidang teknik, justru berkecimpung dalam dunia pendidikan anak. Dunia yang sangat jauh berbeda. Namun, itu semua terjadi karena panggilan jiwanya yang tertarik dengan anak-anak.
"Menurut saya, anak-anak itu unik dan ikhlas. Unik karena mereka lahir dari orang tua yang berbeda-beda. Mereka mempunyai karakter dari keluarganya. Namun, mereka selalu ikhlas dalam melakukan perbuatannya. Artinya, mereka itu selalu jujur dan tampil apa adanya, tanpa rekayasa. Misalnya ketika mereka suka atau tidak suka terhadap sesuatu, maka mereka akan mengatakan sejujurnya. Berbeda dengan orang dewasa yang suka berbohong," ujar Bunda Mei mengutarakan alasannya, mengapa dia begitu mencintai dunia anak-anak.
Kecintaannya terhadap anak-anak bukan isapan jempol belaka. Hal itu diwujudkannya dengan mendirikan Sanggar Seni "Rumah Kreatif Bunda Mei" atau RKBM pada Maret 2010 di kediamannya, Jalan Warung Contong Timur No.9, Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Sanggar Seni RKBM tersebut mempunyai motto "Menjadikan Anak Kreatif, Inovatif, dan Bertanggung Jawab".
"Pokoknya saya sangat suka dunia anak. Saya banyak belajar tentang dunia anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menambah wawasan saya, berbagai buku yang berkaitan dengan anak pasti saya baca. Bukan hanya itu, saya juga langsung mempraktikannya terhadap anak-anak yang saya bina. Oleh karena itu saya bisa membantu menterjemahkan apa yang mereka mau sehingga menjadi jembatan bagi hubungan antara anak dan orang tua," ujar istri dari Syahril Fathah H., S.T., ini dengan ramah.
Menurut alumni Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro, Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) ini, mendidik anak itu harus menyeluruh, tidak bisa hanya sepotong-sepotong. Oleh karena itu dia berusaha juga untuk melibatkan orang tua anak-anak yang dididiknya dalam menerapkan metoda pendidikan anak.
"Mendidik anak itu banyak sekali hikmahnya. Semula saya hanya mendidik anak-anaknya saja. Namun, akhirnya saya juga mengajari orang tuanya, terutama ibu-ibu. Menurut saya, peran seorang ibu itu sangat penting. Ibu merupakan madrasahnya di keluarga. Kebanyakan figur ayah tidak muncul dicurahan hati anak-anak. hal inilah yang membuat saya berpikir untuk menciptakan konsep pendidikan keluarga di RKBM," papar Bunda Mei lebih lanjut.
Dalam mengemas setiap kegiatannya, Bunda Mei tidak memikirkan soal profit. Selama bermanfaat bagi orang lain, maka dia pasti akan melakukannya. Melalui Sanggar Seni RKBM yang dibinanya, Bunda Mei sering mengadakan berbagai kegiatan pendidikan dan sosial.