Menggunakan jasa Ojek Online (ojol) di zaman sekarang ini merupakan hal yang biasa. Hal ini sangat berbeda jika kita menengok ke belakang.
Dulu, lima tahun lalu, rasanya tidak terbayangkan kalau kita bisa dengan mudahnya mencari kendaraan untuk bepergian ke tempat tertentu hanya dengan menggunakan aplikasi ojol berbasis Android/IoS.
Saat itu semua kendaraan umum masih manual dengan rute tertentu yang terbatas, kecuali kalau kita menyewanya seharian. Tentu saja harga sewanya relatif lebih mahal.
Sejak hadirnya ojol, saya sudah mulai menggunakannya secara terbatas. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ternyata menggunakan ojol itu lebih praktis dan murah. Akhirnya saya ketagihan. Sampai sekarang, saya lebih memprioritaskan memakai ojol dibandingkan kendaraan sendiri. Termasuk kalau sedang berada di kota lain ketika sedang ada job di sana.
Hampir setiap jadi penumpang ojol, saya kerap mengajaknya ngobrol, baik ketika naik motor atau pun mobil. Topik apapun biasanya bisa menjadi bahan obrolan yang menarik. Mulai dari menanyakan daerah asalnya, sejak kapan dia jadi pengemudi ojol, soal keluarganya, sampai obrolan lain seputar kondisi politik dan sosial saat ini. Pokoknya apa saja bisa diobrolkan yang penting happy dan bisa membunuh waktu selama perjalanan.
Kali ini saya akan berbagai cerita seputar kisah perjalanan dengan ojol beberapa hari yang lalu.
Sepulang dari Jakarta dengan menggunakan jasa travel, saya tiba di Bandung. Kemudian saya memesan GrabCar, salah satu perusahaan ojol yang sangat ternama dan sudah menjadi langganan saya. Hanya butuh waktu tiga menit, pesanan saya sampai dan siap mengantarkan saya ke rumah di daerah Cihanjuang, Kabupaten Bandung Barat.
Sopir Ojol Pernah ke Eropa
Perjalanan kali ini terbilang menyenangkan. Betapa tidak, baru kali ini saya bertemu pengemudi ojol yang begitu asyik diajak ngobrol.
Selain mengisi waktu, juga menambah wawasan saya tentang topik yang diobrolkan. Gara-gara ngobrol ngalor-ngidul (Bahasa Jawa yang maknanya kira-kira "ngobrol ke sana kemari tak tentu arahnya") tentang kondisi sosial di Indonesia, akhirnya kami membandingkannya dengan kondisi di luar negeri.
Nah, dari sinilah pengemudi ini bercerita tentang pengalamannya pernah keliling Eropa dan pernah bekerja di sana. Salah satu tempatnya bekerja di antaranya adalah di Negeri Kincir Angin, Belanda.