Lihat ke Halaman Asli

Jumari Haryadi Kohar

TERVERIFIKASI

Penulis, trainer, dan motivator

Awas, Gula Merah Berformalin!

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14292448663776149

[caption id="attachment_410695" align="aligncenter" width="502" caption="Gula Merah (Sumber foto: rsud.cianjurkab.go.id)"][/caption]

Oleh: J. Haryadi

Apakah anda penggemar makanan alami? Jika ya, maka anda perlu berhati-hati, karena cerita saya berikut ini bisa membuat anda terkejut.

Suatu hari saya bertemu dengan seorang sahabat lama yang gemar mengonsumsi gula merah. Biasanya sahabat tersebut memakai gula merah untuk berbagai keperluan, seperti untuk menambah rasa manis pada sambal terasi kesukaannya, membuat tempe bacem atau sekedar campuran air kelapa muda kegemarannya.

Sahabat saya tersebut, katakanlah bernama Hendri (nama samaran), biasanya membeli gula merah di sebuah toko kelontong milik sahabatnya bernama Anto (juga nama samaran). Anto  mengklaim kalau gula merah tersebut asli dan bebas dari bahan pengawet. Dia mengaku tahu persis bagaimana proses pembuatan gula merah tersebut. Tentu saja Hendri percaya terhadap omongan sahabat karibnya itu.

Sebagai seorang ahli kimia yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi, Hendri merasa penasaran dengan gula merah yang sering dikonsumsinya. Suatu hari iseng-iseng dia mencoba meneliti kandungan gula merah tersebut. Alangkah kagetnya dia ketika mendapati kandungan formalin didalamnya.

Hendri lalu menghubungi Anto dan menceritakan penemuannya. Anto merasa heran dengan penemuan Hendri dan tetap pada pendiriannya kalau gula merah tersebut asli tanpa formalin. Mereka berdua sempat berdebat, lalu keduanya bersepakat untuk melihat langsung proses pembuatan gula merah tersebut ke pemasoknya di sebuah kampung.

Sambil liburan kedua sahabat itu berkunjung ke sebuah kampung, menuju rumah orang yang biasa memasok gula merah ke toko Anto. Lalu Hendri menanyakan kepada Pak Sumanta (nama samaran), pria setengah baya yang biasa membuat gula merah di kampung itu tentang bagaimana proses pembuatannya dari awal hingga dikemas dan siap dipasarkan.

Setalah mendapat penjelasan dari pembuat Pak Sumanta dan melihat langsung bagaimana proses pembuatan gula merah, Hendri justru bertambah penasaran. Pasalnya, semua proses yang dikerjakan oleh pria setengah baya itu berjalan secara normal dan alami. Tidak ada satupun zat kimia termasuk formalin yang dicampurkannya. Anehnya, hasil penelitiannya membuktikan bahwa gula merah tersebut jelas-jelas mengandung formalin. Kalau begitu dari mana sumber formalin tersebut? Hal ini menjadi tanda tanya besar dalam benaknya. Dia harus bisa memecahkan teka-teki ini.

Beberapa hari berselang, Hendri sengaja datang kembali ke kampung itu tanpa memberitahu Anto. Dia masih penasaran dan ingin menyelidiki lebih dalam lagi sendirian. Ahli kimia ini yakin ada sesuatu yang tidak beres. Namun dia sendiri masih mencari tahu dimana kira-kira letak misterinya.

Kembali Hendri mengintrogasi Pak Sumanta dengan pendekatan persuasif. Dia kembali bertanya kepada pria kurus tersebut,”Saya minta Pak Sumanta jujur, apakah ada zat lain yang dicampurkan dalam gula merah ini? Atau ada sesuatu yang Bapak rahasiakan?

Tidak ada Pak. Bukankah Bapak sudah melihat langsung cara saya membuat gula merah, mulai dari awal sampai akhir? Tidak ada yang saya sembunyikan, prosesnya memang cuma seperti itu Pak,” jawab pak Sumanta dengan wajah lugu.

Apakah Bapak pernah memakai formalin dalam gula merah ini?” tanya Hendri lagi penasaran.

Oh formalin ya. Kalau itu sih gak pernah dicampurkan di gula ini pak. Cuma kebiasaan di kampung ini, kami sering menyuntik pohon aren dengan formalin. Saya sendiri tidak tahu gunanya untuk apa. Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak turun temurun Pak. Kata orangtua dulu sih supaya hasilnya bagus. Cuma itu yang saya tahu “ jawab pak Sumanta polos.

Akhirnya misteri yang selama ini bersembunyi dibenak Hendri terjawab. Ternyata kandungan formalin yang ada dalam gula merah, bukan dicampurkan secara langsung melainkan efek dari suntikan formalin ke pohon Aren. Pak Sumanta dan penduduk kampung itu tidak paham dampak dari pemakaian formalin yang berbahaya bagi kesehatan. Dia juga tidak tahu sejak kapan hal itu dilakukan. Mereka hanya melakukannya berdasarkan kebiasaan.

Kemudian Hendri menjelaskan kepada Pak Sumanta tentang dampak formalin ke tubuh manusia. Pria lugu itu hanya manggut-manggut saja kebingungan. Sejak saat itu Hendri pun menghentikan berlangganan gula merah. Dia tidak tahu lagi harus dimana mencari gula merah yang benar-benar alami dan tidak terkontaminasi dengan zat kimia yang berbahaya.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline