[caption id="attachment_319980" align="alignnone" width="630" caption="Penulis di Peternakan Sapi Cibogo Panatrako di Cipayung - Bogor (Sumber : Koleksi Pribadi)"][/caption]
Oleh : J. Haryadi
Mempunyai banyak teman bisa mendatangkan banyak rezeki. Buktinya, ketika saya bersilaturahmi ke salah seorang teman yang sukses di Jakarta, Saya mendapat oleh-oleh menarik, yaitu diajak jalan-jalan dan menginap di salah satu vila di daerah Cisarua, Bogor. Tentu saja semua biaya ditanggung oleh teman saya tersebut. Saya tidak perlu merogoh kocek tebal untuk bisa menikmatinya. Hemm ... memang rezeki tidak akan lari kemana-mana kalau sudah menjadi rezeki kita.
Perjalanan kami dari Jalan Joe, di Jakarta Selatan, menuju ke lokasi vila tempat kami menginap di Cisarua, Bogor ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. Lokasinya ternyata tidak begitu jauh dari jalan raya Cisarua menuju Puncak. Patokannya adalah sebuah Pom bensin pertama setelah keluar Tol Jagorawi menuju puncak. Tepat sebelah kanannya terdapat jalan masuk menuju ke arah perbukitan. Ketika menelusuri jalan kecil tersebut, terdapat banyak sekali berdiri vila mewah milik orang-orang kaya disana.
Kami menuju ke sebuah sebuah vila milik Direktur Jubilee School, sebuah sekolah internasional yang cukup ternama di Jakarta. Di lahan seluar 4 hektar tersebut terdapat vila utama tempat kami menginap. Vila ini tidak disewakan kepada orang lain dan biasanya khusus ditempati oleh pemiliknyaketika sedang berlibur disini.
Di vila utama inilah tempat kami menginap. Bangunan dua lantai ini terbuat dari dinding beton, namun bagian lainnya seperti pada lantai, pintu dan jendelanya dikombinasikan dengan bahan kayu kayu impor dengan warna putih kekuning-kuningan, sehingga terkesan sangat artistik. [caption id="attachment_319981" align="alignnone" width="600" caption="Vila Tempat Penulis Menginap (Sumber : Koleksi Pribadi"]
[/caption] Tidak jauh dari vila utama ini terdapat banyak pohon-pohon pinus yang indah dan taman rumput yang cukup luas. Di kejauhan terlihat pemandangan perbukitan yang samar-samar tertutup kabut tipis. Udara disekitarnya terasa sangat sejuk. Apalagi ketika kami datang kebetulan sedang turun hujan gerimis, sehingga membuat suasan terkesan sangat romantis. [caption id="attachment_319982" align="alignnone" width="700" caption="Pemandangan di Sekitar Vila Yang Sangat Indah (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption] Selain itu terdapat 3 vila lainnya yang terbuat dari kayu dengan model rumah adat Betawi. Sayangnya pada dinding bagian luar vila yang indah ini di cat dengan warna putih, sehingga warna asli kayunya tidak terlihat. Seandainya saja tidak di cat, warna alami kayu ini justru lebih menarik. Apalagi tekstur kayu impor ini mirip seperti kayu Jati, sehingga terkesan lebih alami. [caption id="attachment_319983" align="alignnone" width="600" caption="Salah Satu Vila Mirip Rumah Adat Betawi (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_319984" align="alignnone" width="600" caption="Vila Mirip Rumah Betawi Dilihat DAri Sisi Lain (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption] Pada bagian lainnya terdapat bangunan permanen tiga lantai yang terdiri dari puluhan kamar yang diperuntukkan bagi rombongan dari perusahaan atau instansi. Ada juga bangunan pendopo berbentuk joglo yang dapat menampung sekitar 100 orang. Tempat ini bisa dipakai untuk acara seminar, pelatihan atau hanya sekedar hiburan. [caption id="attachment_319985" align="alignnone" width="600" caption="Fasilitas Pendopo di Vila Milik Jubilee School"]
[/caption] Masih banyak lagi fasilitas yang terdapat di vila milik Direktur Jubilee School ini, seperti kolam renang, kolam ikan, track untuk melakukan hiking dan out bond. Sayangnya karena kedatangan kami kesana curah hujan cukup lebat seharian sehingga tidak dapat mencoba semua fasilitas tersebut. [caption id="attachment_319986" align="alignnone" width="600" caption="Fasilitas Outbond di Sekitar Vila (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption]
Mengintip Peternakan Sapi
Dasar seorang penulis, gatal rasanya kalau tidak mencari inspirasi untuk menulis. Usai mengelilingi kompleks vila yang begitu luas, Saya dan teman mencoba berjalan keluar kompleks vila sambil berolahraga dan menikmati udara segar.
Kami menelusuri jalan sempit beraspal sambil mengobrol sedikit urusan bisnis. Di sisi kiri dan kanan jalan terdapat banyak bangunan vila milik para pengusaha dan pejabat. Lalu kami berhenti sejenak sembari duduk beristirahat di warung kecil milik penduduk setempat.
Beberapa orang tampak sedang menikmati secangkir kopi hangat dan menyantap makanan ringan. Kami pun tak mau ketinggalan untuk ikut minum dan mencicipi pisang goreng hangat. Rekan saya yang doyan rokok tidak tahan untuk mengisap rokok kesayangannya, sementara saya sendiri asik meneguk secangkir teh hangat kesukaan saya.
Menurut salah seorang yang sama-sama tengah sarapan di warung kecil itu, dirinya dan tim dari sebuah PH (Production House) sedang mengadakan shooting sebuah sinetron berjudul “Cinta di kandang Sapi”. Kebetulan lokasinya tidak jauh dari tempat kami ngobrol. Saya pun jadi punya ide untuk mewawancarai artis pemain sinetron tersebut.
Usai sarapan, kami kembali bergerak berjalan kaki menuju lokasi shooting sinetron. Tak lama terlihat beberapa kru film yang tengah sibuk mempersiapkan kegiatan mereka. Saya sempat bertanya dengan salah satu kru mengenai kegiatan mereka dan minta izin meliput. Mereka mempersilahkan saya untuk meliput sambil menjelaskan kalau shooting belum dimulai, karena sedang menunggu pemeran utama yang belum datang.
Tidak jauh dari lokasi shooting terlihat sebuah peternakan sapi. Iseng-iseng saya mengajak teman untuk melihat sapi-sapi tersebut. Dari jauh tampak puluhan ekor sapi gemuk berwarna coklat berada di kandang luar. Pada bagian dalam terlihat juga puluhan sapi dalam kandang tertutup. Ternyata sapi yang ada di luar (kandang terbuka) adalah jenis sapi pedaging (sapi potong) dan biasanya berjenis kelamin jantan, sedangkan sapi yang berada di dalam kandang tertutup adalah sapi perah berjenis kelamin betina yang diambil susunya untuk dijual.
Menurut Fahrizal (42), peternakan sapi ini milik Habib Ali. Dirinya sudah cukup lama bekerja disana. Di peternakan tersebut terdapat sapi potong berjumlah 35 ekor, sedangkan sapi perah berjumlah sekitar 37 ekor. Beberapa sapi perah ada yang sedang hamil, bahkan seekor diantaranya sudah melahirkan. Anak sapi yang baru dilahirkan disimpan di tempat khusus dan dipisahkan dengan sapi lainnya.
“Sapi yang sedang hamil tidak boleh diperah susunya. Justru sapi yang baru lahir susunya berkualitas bagus dan berwarna kuning. Orang menyebut susu ini dengan nama Kolestrum. Kami tidak menjual susu susu ini karena digunakan untuk anak sapi. Nanti kalau susu sapi tersebut sudah berubah warna menjadi putih, baru bisa dijual kembali, “ jelas Rizal. [caption id="attachment_319987" align="alignnone" width="600" caption="Petugas Sedang Memerah Susu Sapi (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption] Semua sapi berada dalam sebuah ruangan besar seperti gudang. Lantai ruangan tersebut terbuat dari semen dan ada tempat makannya. Sapi ditambatkan secara berjejer dengan jarak sekitar 2 meter antara satu sapi dengan lainnya. Sapi-sapi ini terlihat gemuk dan sehat. [caption id="attachment_319988" align="alignnone" width="600" caption="Sapi Perah Terlihat Gemuk dan Sehat (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption] Fahrizal menambahkan, “Sapi-sapi ini biasanya kami perah susunya di pagi hari yaitu sekitar jam 06.30 dan sore hari jam 15.00. Produksi air susu di pagi hari jauh lebih banyak dibandingkan dengan sore hari. Sekitar 70% air susu diambil pagi hari sedangkan sisanya 30% sore hari. Semua air susu tersebut selanjutnya ditampung dalam sebuah tempat penampungan yang disebut Jerigen Scan berkapasitas 40 liter.” [caption id="attachment_319989" align="alignnone" width="600" caption="Fahrizal Berpose di Depan Jerigen Scan (Sumber : Koleksi Pribadi)"]
[/caption]
Setelah ditampung, susu tersebut akan diolah kembali sehingga menjadi susu murni yang siap saji. Dari kandang susu tersebut lalu susu dikirim ke KUD “Giri Tani” untuk selanjutnya di jual ke publik. Jika ada pembeli yang berminat membeli susu murni siap saji, mereka menjualnya dengan harga Rp.5.000 perliter.
Demi menjaga kualitas, sapi yang sakit tidak diperkenankan diperah susunya. Mereka akan memanggil dokter hewan untuk memeriksa kesehatannya. Jika sapi benar-benar sudah pulih kesehatannya, baru boleh di perah kembali. Sapi tidak akan diperah susunya jika volume air susunya sudah menurun. Itu tandanya sapi tersebut harus segera diganti dengan sapi baru yang masih mudah, sedangkan sapi yang sudah tidak produktif biasanya dijual untuk dijadikan sapi potong.
Bagi anda yang berminat membeli susu sapi murni atau ingin belajar bagaimana proses produksi susu murni tersebut, silahkan menghubungi salah satu karyawan Peternakan Sapi Cibogo “Panatrako” yang terletak di Cipayung – Bogor :
1.Fahrizal
2.Darma
Semoga bermanfaat.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H