Lihat ke Halaman Asli

Jumari Haryadi Kohar

TERVERIFIKASI

Penulis, trainer, dan motivator

Badril Munir, Mantan GM Yang Sukses Mengisi Masa Pensiunnya

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425771341495609337

[caption id="attachment_401445" align="aligncenter" width="600" caption="H. Badril Munir, SE, dan keluarga (Sumber: Badril Munir)"][/caption]

Oleh: J. Haryadi

Masa pensiun bagi seorang pejabat biasanya menjadi momok yang menakutkan. Kebiasaaan mendapatkan berbagai fasilitas dan pelayanan istimewa membuat mereka terjebak dengan zona nyaman. Banyak diantara para pejabat tersebut yang menjadi stress ketika mereka mulia memasuki masa pensiun, apalagi ketika waktunya telah tiba. Mereka tampaknya belum siap menerima kenyataan bahwa semua jabatan akan hilang dan cuma menjadi kenangan. Tidak heran, bagi mantan pejabat yang mentalnya belum siap pensiun, akhirnya  sakit-sakitan dan cepat terkena penyakit berbahaya seperti penyakit darah tinggi, serangan jantung dan stoke. Ujung-ujungnya mereka harus terbaring lemah di rumah sakit dan banyak diantaranya akhirnya meninggal dunia.

Berbeda halnya dengan Haji Badril Munir,SE, seorang pria berusia 56 tahun, kelahiran Kotabumi, 4 Januari 1959. Baginya, masa pensiun tidak perlu ditakuti, tetapi harus disyukuri. Badril justru sudah siap menghadapi pensiun. Dia berniat mengisi waktu pensiunnya dengan berkarya, bukan dengan berleha-leha atau berduka nestapa. Dia bermaksud membuka usaha baru di kampung halamannya.

Jangan mempertahankan gengsi meski pernah menduduki jabatan penting di kantor anda, sehingga tidak mengalami lost power sindrom,” ujar Badril, membuka resepnya ketika beliau mau memulai membuka usaha usai pensiun.

Salah satu cara yang ditempuh Badril dalam mencari peluang usaha menjelang masa pensiunnya saat itu adalah dengan melakukan penelitian dan pengamatan. Menurut pandangannya, salah satu usaha yang cukup mempunyai prosfek cerah adalah membuka usaha penyewaan tempat bermain footsal. Alasannya, selain karena saat itu baru ada satu tempat penyewaan arena bermain footsal di daerahnya, juga karena permainan ini sangat digemari kalangan anak-anak muda hingga dewasa.

Dengan berbekal uang hasil tabungannya, Badril mulai membangun 2 buah lapangan footsal tidak jauh dari rumahnya. Kebetulan beliau sudah memiliki tanah kosong yang dibelinya beberapa tahun sebelumnya. Setelah selesai dibangun, lapangan footsal miliknya diberi nama “Fazar Footsal” yang diambil dari nama salah seorang anaknya.

Badril percaya kalau nama adalah doa. Pemberian nama “Fazar” untuk lapangan footsalnya berasal dari kata “fajar” yang artinya waktu pagi setelah Shubuh, persis ketika matahari akan terbit di ufuk Timur. Pagi adalah waktunya orang bekerja untuk mencari rezeki. Dengan nama tersebut dia berharap rezeki anaknya juga ikut bertambah.

Analisa Badril ternyata jitu. Gedung lapangan footsal yang dibuatnya ternyata laris manis sehingga uang pun mengalir deras ke kantongnya. Hampir tidak ada waktu yang kosong untuk bermain di lapangan footsal miliknya. Bahkan calon penyewa harus sabar mengantri jadual untuk bermain. Jangan coba-coba datang mendadak untuk bermain disana, karena anda pasti kecewa tidak mendapatkan tempat. Rata-rata orang yang bermain footsal disana sudah mem-booking tempat minimal seminggu sebelumnya. Tidak heran dalam waktu yang tidak terlalu lama, investasi yang ditanamnya pun sudah kembali.

Kesuksesan Haji Badril mengelola lapangan footsal mendorong orang lain untuk mengikuti jejaknya. Kini lapangan tempat penyewaan untuk bermain footsal di daerahnya sudah berjumlah menjadi 5 buah. Meskipun persaingan usaha sejenis cukup ketat, tetapi tempat usahanya tetap ramai, bahkan menjadi tempat olahraga paling favorit di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Banyak warga dari kecamatan lain yang jaraknya puluhan kilometer rela datang ke tempatnya hanya untuk bermain footsal.

Tentu saja kesuksesan Haji Badril dalam mengelola usahanya tidak terlepas dari kemampuan manajemen yang diterapkannya. Beberapa kiat usahanya agar tetap eksis ditengah persaingan adalah:

1.Selalu mengutamakan pelayanan yang maksimal kepada seluruh pelanggannya, misalnya dengan menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanannya, sehingga pelanggan betah bermain di tempatnya.

2.Fleksibel dan tidak kaku dalam menentukan tarif penyewaan kepada pelanggannya, meskipun sudah ada tarif resminya. Dia selalu memperhatikan kemampuan pelanggannya. Misalnya ada anak-anak sekolah yang kekurangan uang untuk menyewa tempat bermain, maka Haji Badril tidak sungkan memberikan kebijaksanaan dengan memberikan diskon tertentu, sehingga akhirnya mereka bisa bermain ditempatnya. Bahkan Haji Badril terkadang menggratiskannya bagi anak-anak yang tidak mampu.

3.Dalam berbisnis, kita tidak mutlak mencari keuntungan semata, tetapi harus ada peran sosialnya.

Masa Sekolah

Pria suku Palembang yang mempunyai hobi bermain tenis meja ini semasa kecil bersekolah di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Pendidikan Sekolah Dasarnya (SD) ditamatkannya di SD Xaverius Kotabumi, begitu pula dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama-nya (SMP) .

Haji Badril beruntung kedua orangtuanya begitu memperhatikan kualitas pendidikan untuk anak-anaknya. Oleh sebab itu ketika usai tamat SMP, orangtuanya mengirim dirinya ke Jogjakarta untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1 Jogjakarta. Pada 1979, penggemar makanan mpek-mpek dan makanan tradisional ini menamatkan SMA-nya.

Pendidikan tinggi Haji Badril di tempuhnya di Universitas Lampung (UNILA) pada 1979 dengan mengambil Fakultas Ekonomi. Selama kuliah, beliau tinggal di rumah kakak perempuannya, almarhumah dr. Nur Hasanah, yang saat itu berprofesi sebagai dokter hewan. Setelah 5 tahun kuliah, akhirnya ayah 3 anak ini berhasil menyelesaikan kuliahnya dan berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi pada Oktober 1984.

Pada 1987, H. Badril Munir, SE, menikahi Rahayu,  gadis pujaan hatinya, di Metro, Kabupaten Lampung Tengah. Dari hasil pernikahannya melahirkan 3 orang anak laki-laki yang ganteng. Anak pertamanya, Fazri, sudah lulus kuliah dan menjadi seorang sarjana Akuntansi dari Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta. Anak yang ke-2, Ichsan, sarjana Teknik Industri  UII Jogjakarta dan anak bungsunya, Irfan, kini masih kuliah semester IV Fakultas Ekonomi UII Jogjakarta.

Pengalaman Kerja dan Karir

Sejak 1985 sampai 2010, Haji Badril bekerja di PT. Nakau, Kabupaten Lampung Utara, sebuah perusahaan perkebunan karet peninggalan Belanda. Pada 1998 bisnis perusahaan ini berubah dari perkebunan karet menjadi perkebunan sawit. Karirnya dimulai dari bawah dengan bekerja sebagai staf bagian keuangan (1985). Kemudian pada awal 1989, karirnya menanjak menjadi Asisten Kepala Bagian (Kabag) Keuangan. Hanya berselang setahun, pada akhir 1989, karirnya melesat naik menjadi Kabag Keuangan.

Pada 1990 perusahaan tempatnya berkerja di take over kepemilikannya ke PT. Astra. Struktur organisasi di perusahaan tempatnya bekerja pun berubah.  Namun dirinya tetap dipercaya oleh pemilik baru dengan menjabat sebagai Kepala Akunting sampai 2000.

Puncak karir pria yang penampilannya selalu low profile ini terjadi pada 2001 ketika dirinya dipercaya menjabat sebagai seorang General Manager (GM). Jabatan ini sempat dipegangnya selama 10 tahun. Saat menjabat sebagai GM, berbagai prestasi sempat diraihnya. Pada 2005-2006, nama PT. Nakau dijadikan sebagai nama grup bisnis Astra dengan sebutan Nakau Grup.

Sejak 1998-2001 terjadi konflik antara PT. Nakau dengan masyarakat tentang kepemilikan lahan. Masalah yang sempat berlarut-larut tersebut sering menimbulkan ketegangan antara kedua belah pihak. Ketika dirinya menjabat sebagai GM, Haji Badril berhasil meredam konflik yang terjadi tersebut dengan cara pendekatan personal kepada masyarakat.  Mereka akhirnya bisa memahami persoalan yang terjadi selama ini dengan kepala dingin sehingga persoalan tersebut pun berakhir dengan baik.

Kemudian pada 2011 dirinya mengajukan pensiun dini karena PT. Nakau tempatnya bekerja akan di take over lagi ke pemilik baru.

Berternak Burung Puyuh

Rafian Effendi atau Pepen adalah salah seorang keponakan Haji Badril yang kebetulan sukses berternak burung puyuh dan menjadi Ketua Perhimpunan Peternak Burung Puyuh se-Kabupaten Lampung Utara. Melihat keponakannya sukses berternak burung puyuh, Haji Badril tertarik untuk mencobanya. Apalagi menurut pengamatannya, berternak burung puyuh cukup menjanjikan karena telur puyuh sangat dibutuhkan pasar, sementara pasokannya masih kurang.

Persis usai pensiun dari PT. Nakau, Pria berdarah Palembang ini mulai melakukan persiapan usaha berternak burung puyuh. Haji Badril mulai membangun kandang burung puyuh di pinggir kebun karet yang jauh dari pemukiman penduduk. Pada tahap awal, dirinya memesan bibit burung puyuh petelur sebanyak 1000 ekor kepada keponakannya, Pepen, yang dikenal ahli dalam membuat bibit burung puyuh petelur.

Usaha baru yang dikelola oleh Haji Badril ternyata berjalan dengan lancar. Setiap hari dirinya selalu memanen telur dari kandang burung puyuhnya. Dari hasil penjualan telur puyuh, dirinya berhasil memperoleh penghasilan uang sebesar Rp.50.000 – Rp.70.000 perhari atau Rp.1.500.000 – Rp.2.000.000 perbulan.

Melihat usahanya cukup menguntungkan, lalu Haji Badril mengembangkan usaha ternak burung puyuhnya dengan menambah lagi menjadi 3.000 ekor. Kalau semula usaha ini dijalankan bersama istrinya, kini dia memperkerjakan seorang karyawan dengan upah sebesar Rp.1.200.000 perbulan.  Penghasilan kotor perbulan sekira Rp.4.500.000 – Rp.6.000.000 perbulan atau penghasilan bersih sekira Rp.3.300.000 –Rp.4.800.000 perbulan.

Selain menjual telur puyuh ke pasar, Haji Badril juga membuka toko pakan burung puyuh dan katul (dedek) untuk membantu kebutuhan peternak kecil yang ada disekitarnya. Kalau di pasar, para peternak tidak bisa membeli secara eceran, melainkan minimal harus satu sak. Khusus untuk pakan ternak, Badril menjualnya dengan harga antara Rp.7.000 – Rp.7.500 per kg, sedangkan dedek dijualnya dengan harga Rp.3.500 per kg.

Kiat Hidup Sukses

Setiap orang tentu memiliki definisi sukses. Setiap orang juga ingin hidupnya sukses. Namun apakah anda tahu apa definisi sukses? Menurut Badril, sukses itu adalah ketika apa yang kita impikan bisa terwujud. Misalnya kita mempunyai rencana ingin berternak burung puyuh, kemudian kita bisa mewujudkannya, maka hal itu bisa disebut sukses.

Jadi, sukses tidak bisa dilihat dari seberapa besar materi yang sudah diperoleh seseorang, atau bukan juga seberapa tinggi pangkat atau jabatan yang diperolehnya, melainkan apa yang sudah diraihnya sesuai dengan apa yang dicita-citakannya. Ukuran sukses relatif dan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya,” tambah Haji Badril yang terlihat masih awet muda ini dengan bersemangat.

Sukses itu tidak berdiri sendiri, melainkan hasil usaha dan perjuangan. Tidak ada kesuksesan yang datang begitu saja. Perlu ketekunan, kesabaran dan pandai melihat peluang dan memanfaatkannya. Seperti motto hidup Haji Badril “Kalau mau jadi orang sukses, harus pandai melihat peluang”.

Salah satu contoh peluang adalah ketika Haji Badril mengamati fenomena di daerahnya yang saat ini banyak terdapat pabrik dan gudang baru milik beberapa perusahaan. Tentu saja pabrik dan gudang tersebut memiliki banyak karyawan yang memerlukan tempat tinggal. Tidak heran kalau beberapa kali dirinya mendapati orang yang sedang mencari rumah kontrakan atau kos-kosan. Sementara di daerahnya hanya sedikit ada rumah yang disewakan, bahkan belum ada tempat kos-kosan.

Melihat fenomena ini, Badril melihat hal ini sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Oleh sebab itu dia bermaksud ingin mengembangkan usahanya untuk membuat rumah kos-kosan bagi para karyawan.

Menurut Haji Badril, jika dalam perjalanan usaha menemui kendala, sebaiknya tetap sabar,  tabah dan jangan putus asa. Kita tidak boleh lari dari masalah, tetapi justru harus berani menghadapinya, lalu berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk mencari solusinya.

Dalam menjalankan usahanya yang terbilang sukses, tidak terlihat kesan sombong dalam dirinya. Haji Badril berpesan kepada siapa saja yang ingin menjalankan usaha dan sebelumnya pernah menduduki jabatan penting agar jangan gengsi dalam memulai usaha.

Buang jauh-jauh rasa gengsi itu karena tidak ada manfaatnya. Jika ingin hidup tenang dan nyaman, jangan terjebak dengan masa lalu dan zona nyaman. Lakukan apa yang ingin anda lakukan, tanpa harus merasa malu dan gengsi. Jika itu bisa anda lakukan, maka anda akan terbebas dari penyakit lost power sindrome,” ujar Haji Badril sambil berbagi pengalamannya.

Pria ramah ini bersedia membagi tips suksesnya. Menurut Haji Badril, kunci sukses usaha itu ada 7 macam, yaitu: 1. Harus mempunyai perencanaan; 2.Melakukan perhitungan yang matang sebelum memutuskan memulai usaha; 3.Berani melakukan aksi atau tindakan, jangan hanya sekedar teori atau wacana; 4. Melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati dan mencintai apa yang dikerjakan; 5.Bekerja dengan jujur dan tanpa rekayasa; 6.Tekun dan serius dan ; 7.Konsisten dengan apa yang sedang dikerjakan.

Kini Haji Badril menikmati masa tuanya dengan bahagia sambil menjalankan profesi sebagai pengusaha lapangan footsal dan berternak burung puyuh. Hidup baginya begitu menyenangkan jika kita bisa mensyukurinya.

Jika anda ingin berkenalan dengannya atau ingin belajar bagaimana caranya berbisnis lapangan footsal atau berternak burung puyuh, silahkan mengunjungi pria ramah ini  di Dusun Tanjung Asri, Rt.3 Rw.11 No.35, Desa Kembang Tanjung, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline