Lihat ke Halaman Asli

Jumari Haryadi Kohar

TERVERIFIKASI

Penulis, trainer, dan motivator

Jelekong, Kampung Lukisan Yang Menawan (Bagian 2)

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14196626461033244464

[caption id="attachment_386439" align="aligncenter" width="600" caption="Baliho Selamat Datang ke kampung Jelekong (sumber foto: J. Haryadi)"][/caption]

Oleh: J. Haryadi

Melukis sebagai warisan turun temurun

Bagi warga Jelekong, melukis merupakan warisan leluhur. Tidak aneh kalau hampir semua warga disini pandai melukis. Betapa tidak, sejak kecil mereka sudah terbiasa belajar  menggoreskan cat di atas kanvas. Melukis sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jelekong, seperti halnya kebiasaan masyarakat di Ubud, Bali.

Menurut penuturan Agus Ruhimat, salah seorang pemilik gallery yang cukup besar di Jelekong, sejarah melukis di kampungnya dirintis oleh Bapak Odin Rohidin sekitar tahun 1972. Saat itu Odin sukses dari hasil kreasinya menjual lukisan karyanya sendiri. Beliau dikenal sebagai bapak para pelukis Jelekong.

Kemampuan melukis Odin lalu diturunkan kepada 5 orang muridnya. Selanjutnya terus menyebar dikalangan keluarga, kerabat dekat dan tetangganya, sehingga akhirnya meluas sampai sekarang.  Sejak saat itu sampai sekarang, kegiatan melukis sudah menjadi tradisi dan menjadi salah satu mata pencaharian utama penduduk Jelekong.

Pemilik sanggar lukis “Al-Farizy” ini termasuk pengusaha sukses yang berbisnis jual-beli lukisan. Dia merintis usahanya pada 1996. Dulu ketika awal merintis usaha, Agus mengontrak sebuah rumah kecil sebagai tempat usahanya. Berkat kegigihannya usaha, pria beristri dan beranak 3 ini sekarang sudah memiliki rumah sendiri yang cukup besar, sekaligus dijadikan sebagai tempat usahanya.

[caption id="attachment_386435" align="aligncenter" width="600" caption="Bagian depan gallery dan sanggar "]

14196615641791159709

[/caption]

[caption id="attachment_386436" align="aligncenter" width="600" caption="Bagian dalam gallery dan sanggar "]

14196617291592824838

[/caption]

Dulu, pelukis disini  hanya melukis objek pemandangan. Tetapi kini lukisannya lebih variatif, seperti objek binatang, bunga, wajah, abstrak dan lain-lain. Hampir semua jenis lukisan yang dibutuhkan pasar mampu dibuat oleh orang Jelekong,” ujar Agus menjelaskan.

Berbisnis lukisan memang perlu kesabaran. Seperti halnya Agus, dia memulainya dari bawah. Awalnya dia belajar melukis. Kemudian coba-coba menjual hasil karyanya sendiri. Selanjutnya dia mulai menerima titipan dari para pelukis lainnya. Berkat kemampuannya berbisnis, lambat laun usahanya semakin membesar. Bahkan kini Agus sudah memperkerjakan 10 orang karyawan tetap.

Saya menjalin kemitraan dengan beberapa pelukis. Mereka mengerjakan orderan saya. Setiap lukisan yang selesai, langsung saya bayar. Bahkan kadang-kadang saya memberikan uang muka dulu ke mereka. Ada juga pelukis yang tidak mempunyai modal. Biasanya saya saya bantu dengan menyiapkan bahan baku dan peralatan melukis seperti cat, kuas dan kanvas,” papar Agus.

Sejak 2000, bisnis lukisan di Jelekong mulai menggeliat. Lukisan yang ada di gallery Agus tidak hanya dijual ditempat, tetapi juga dikirim ke luar daerah. Bahkan ada orderan lukisan dari Malaysia. Biasanya mereka pesan minimal 1000 buah lukisan. Objek lukisan kesukaan orang Malaysia adalah pemandangan, bunga dan abstrak. Kalau sedang ada orderan, biasanya Agus juga menggandeng gallery lain untuk membantu memenuhi orderannya.

Hitung-hitung bagi-bagi rezeki”, tutur pria berperawakan sedang ini.

[caption id="attachment_386437" align="aligncenter" width="600" caption="Agus Ruhimat, pemilik gallery dan sanggar "]

14196620051465380066

[/caption]

Selanjutnya Agus menjelaskan, “Biasanya lukisan yang paling banyak di pesan Malaysia adalah ukuran sedang yaitu 60 X 90 Cm. Kemudian lukisan ukuran agak besar, 140 X 80 Cm dan 135 X 85 Cm. Selebihnya lukisan ukuran besar, yaitu 2 m X 1 m.”

Disamping menjual lukisan yang sudah ada, Agus juga menerima pesanan membuat lukisan potret (wajah). Khusus lukisan potret, patokannya adalah berapa banyak wajah yang dilukis. Setiap wajah dikenakan biaya sebesar Rp.350.000 dengan ukuran antara 60 X 80 Cm atau 50 X 60 Cm.

Masa panen biasanya saat menjelang lebaran. Pada saat itu banyak perantau yang pulang kampung. Mereka umumnya memesan lukisan untuk dibawa kembali ke daerah perantauannya. Khusus perantau dari Malaysia, mereka sering memborong 1000 lukisan. Dua atau tiga bulan kemudian biasanya mereka pesan lagi sekitar 200-300 buah. Oleh sebab itu, Agus selalu mempersiapkan sejak awal untuk mengantisipasi lonjakan pembeli.

[caption id="attachment_386438" align="aligncenter" width="600" caption="Penulis (J. Haryadi) berpose bersama Agus Ruhimat (Owner sanggar "]

1419662161360940766

[/caption]

(Bersambung ke bagian 3)

***

J. Haryadi

Wartawan Blogger

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline