Lihat ke Halaman Asli

Jumardin Muchtar

Peneliti / Dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris, Samarinda

Benarkah Karya Ilmiah adalah Aset yang Perlu Diinvestasikan? Kok Bisa?

Diperbarui: 22 November 2023   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://www.liputan6.com/

Pada bagian sub pembahasan ini, penulis mengulas tulisan yang berjudul "Benarkah Karya Ilmiah adalah Aset yang perlu di Investasikan? Kok Bisa?". 

Judul artikel ini adalah rangkuman dari pertanyaan para intelektual kampus yang sempat diajak oleh mereka untuk berkenan membuka forum diskusi kecil yang dimana pesertanya berjumlah 4 orang, agar pemahaman mereka tentang penelitian semakin cerah dan tidak akan ada misinformasi mengenai hal tersebut. Ada diantara mereka bertanya, "Apa itu penelitian?", "Mengapa para akademisi tertarik untuk menulis karya Ilmiah?", Apa keuntungan penelitian / karya ilmiah untuk diri sendiri, karna setahu saya karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang tidak mendatangkan honorium malah kita yang membayar publikasi agar karya tersebut dapat dibaca oleh orang lain, lalu keuntungannya dimana?" dsb. Sebelum saya menjawab, maka ada hal yang penting dari itu semua yaitu, perbaiki paradigma berpikir anda atau cara anda memandang sesuatu karena paradigma itulah yang akan menentukan nasib kita kedepannya.  

Baik, kita lanjutkan pembahasan artikel ini. Penelitian adalah suatu produk yang diciptakan dengan analisis berpikir berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan lalu diolah dengan menggunakan metodologi. Untuk menciptakan produk yang bermutu dan nilainya tinggi. Maka  ada 2 konsep yang ditanamkan yaitu novelty dan kebutuhan produk yang sifatnya jangka panjang. 

Pertama, Novelty,yaitu pembaharuan konsep produk /penelitian yang kita ciptakan yang sifatnya berkelanjutan  bukan mendaur ulang penelitian / produk yang sudah ada seperti halnya menambahkan sebuah toping atau meses sehingga dianggap berbeda. Toping atau meses dimaksud adalah objek penelitian sehingga cita rasa produk / penelitian tetap sama apa yang diciptakan dengan peneliti sebelumnya. Untuk menciptakan novelty produk / penelitian yang baik, maka yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi kekurangan penelitian/ produk sehingga menimbulkan konsep, kerangka berpikir terbaru yang sifatnya berdampak pada orang lain dan tentu peminatnya akan semakin banyak bagaikan,  soto dan coto, pukis dan bandros. nah.. makanan ini hampir sama tapi citarasa dan bahannya berbeda. 

Maka inilah disebut pengembangan produk / penelitian dengan menggunakan novelty yang unik. nah..  soto dan coto, dari penamaan keduanya hampir terlihat sama. Keduanya sama-sama merupakan hidangan jenis sup atau berkuah yang berasal dari Indonesia. Tak hanya itu, kedua hidangan ini juga sama-sama disajikan dengan kuah santan dan potongan daging. Lalu apa bedanya?

Salah satu perbedaan yang paling dapat dilihat adalah warna kuahnya. Pada soto, kuah akan terlihat kuning jernih karena ada tambahan rempah kunyit, toge, ayam sehingga kuahnya rasa ayam. Sementara pada coto makassar, penggunaan bahan seperti kacang tanah goreng, tauco  membuat kuahnya terlihat lebih gelap dan dan dagingnya adalah sapi sehingga jika dirasakan adalah kuah rasa sapi maka inilah yang menjadikannya berbeda. Selanjutnya, Pukis dan Bandros. Keduanya sama-sama bentuk setengah lingkaran. Perbedaan yang paling jelas diantara keduanya adalah terletak pada rasanya. Pukis umumnya rasa lebih manis , sedangkan Bandros cenderung asing. Kenapa rasanya berbeda? karena dipengaruhi dengan bahan dasarnya. Pukis terbuat dari tepung terigu sementara Bandros terbuat dari tepung beras dan kelapa. 

Nah... Karya Ilmiah harus juga begitu tema dan judulnya sama tapi konsep berpikirnya berbeda sehingga menimbulkan cita rasa yang berbeda. Yang kedua adalah, kebutuhan produk / penelitian yang bersifat jangka panjang, artinya peneliti selanjutnya dapat menerima lalu dikembangkannya sehingga produk kita ciptakan manfaatnya lebih tinggi di mata mereka dan produk atau penelitian kita terus dibahas atau digunakan hingga generasi Z. 

Selanjutnya, Akademisi tertarik menulis karya ilmiah, karena mereka ingin menciptakan produk lalu digunakan oleh orang lain, karna karya ilmiah adalah aset ilmu pengetahuan berupa buku dan jurnal yang dapat memperkaya wawasan penulis dan pembaca sehingga manfaatnya sangat berdampak baik dari segi teoritis maupun praktis. Maka itulah manfaat dan kegunaaan karya ilmiah, memang untuk mempublikasikan harus dibayar oleh penulis sebagai deposit awal untuk diinvestasikan kedepannya, semakin banyak  karya yang ia publikasikan maka semakin tinggi kredibilitas dan juga semakin kaya intelektualnya dan tentunya akan menjadi seorang pakar dan ahli. Begitupula dengan aset kekayaan yang berupa SBN (surat berharga negara), saham, obiligitas, tanah dll. semakin banyak aset yang kita kumpulkan maka akan semakin kaya dan tentunya akan menjadi Konglomerat. 

Keduanya memiliki resiko yang tinggi jika tidak memiliki ilmu dan pengalaman dalam mengelolanya.  Maka dengan  itulah karya ilmiah adalah aset yang berharga yang perlu dijaga untuk diinvestasikan dengan jangka panjang dan dapat diwarisi dengan berupa sertifikat hak kekayaan intelektual yang ditandatangani oleh Lembaga Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam bidang IPTEK sebagai bentuk hak kepemilikan intelektual. Begitupula dengan aset kekayaan materi juga terdapat sertifikat kepemilikan. Demikianlah penjelasan artikel ini mudah-mudahan dapat dipahami dan bermanfaat kita semua. 

Baca juga: Mewujudkan Politik Berkualitas tanpa Money Politics

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline