Lihat ke Halaman Asli

Jumardin Muchtar

Peneliti / Dosen di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris, Samarinda

Temukan Tempat Kamu Sendiri!

Diperbarui: 12 Maret 2022   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: Gramedia.com

Kebanyakan manusia mengambil peran yang seharusnya bukan dibidangnya asal ia hanya kerjakan saja. Namun di dalam hati, mereka tak sanggup melakukannya seperti mahasiswa merasakan salah dalam memilih jurusan. Pilihan adalah keputusan yang harus kita tekuni sampai pada tujuan akhir kita. 

Tujuan akhir yang dimaksud adalah perjalanan selama kita hidup di dunia, jadi pendidikan bukan hanya kita memasuki dunia sekolah atau kampus kita akan belajar, tapi selama kita menghembuskan nafas kita di atas bumi ini maka kita akan terus merasakan dunia pendidikan. 

Belajar bukan hanya mengenyam berbagai materi tapi bagaimana kita bisa mengatasi masalah yang kita hadapi, beradaptasi dalam kondisi tertentu dan merencanakan sesuatu apa yang harus kita lakukan ke depannya maka itulah yang dinamakan proses belajar. Jangan biarkan sekolah menjadi satu-satunya sumber pendidikan kamu, jadikanlah dunia ini adalah sekolah atau kampus kamu.

Kalau kamu pernah berkecil hati karena sekolah, janganlah putus sekolah. Pokoknya kamu harus konsisten dalam pilihan kamu sampai akan dipertanggung jawabkan atas diri kamu sendiri, maka dari sisi itu pasti kamu akan menemukan sesuatu yang kamu sukai atau sesuatu yang bisa kamu mahiri.

Ada sebuah kisah mengenai kehidupan Chris yang sangat dominan dengan otak kanannya. Beliau bercerita betapa lamanya waktu yang dibutuhkan agar cocok dengan pendidikannya dan menemukan tempatnya sendiri.

Sampai saya masuk sekolah, sebenarnya saya anak yang sangat bahagia. Lalu anak-anak menemukan bahwa belajar itu sulit bagi saya  dan mereka suka mengata-ngatai saya. Saya lamban dalam matematika, bahasa inggris terutama tatabahasanya. Saya ingat duduk di kelas suatu hari,dibagi jadi kelompok, ketika seorang cewek dalam kelompok saya berdiri dan berkata: " Saya tidak mau bekerjasama dengan si idiot ini", sambil menunjuk saya.

Sampai sekolah menengah pertama, saya sulit membaca. Seorang psikolog datang ke rumah, suatu hari dan setelah mengadakan berbagai tes terhadap diri saya, bilang sama ibu saya bahwa saya takkan pernah bisa membaca. Betapa marahnya ibu saya sehingga orang itu diusir dari rumah.

Bertahun-tahun kemudian, sebagai murid sekolah menengah baru, suatu hari saya mengambil buku fiksi ilmiah, dan diluar dugaan, ternyata sungguh mudah dibacanya. Kisah dalam buku itu merangsang imajinasi saya lalu dunia ini bukan lagi kata-kata melainkan gambar dibenak saya. Saya baca jilid-jilid lanjutannya lalu mulai membaca buku-buku lain dan jadi saya tertarik membaca dan belajar. Kosa kata saya meningkat, saya lebih pandai berbicara dan menggunakan lebih banyak kata-kata.

Ketika itulah saya mulai hebat dalam kesenian. Ternyata saya mempunyai mata yang luar biasa untuk bentuk dan warna. Saya dikaruniai dalam cat air, cat minyak, lukisan, dan desain. Saya juga bisa menulis dengan baik. Saya menulis tentang pengalaman dan sajak. Menjelang akhir sekolah menengah, saya memenangkan pertunjukkan galeri seni dan kepercayaan diri sayapun meningkat. 

Setelah membaca kisah yang diatas, maka dari itu apa yang harus kita petik dari bacaan tersebut? dan rencana apa yang harus kamu lakukan sehingga kamu bisa menemukan tempat kamu sendiri?

Baca juga artikel sebelumnya: Apa Pentingnya Mendalami Ilmu Translation?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline