Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Ini Terjadi Kepada Saya?

Diperbarui: 26 November 2017   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika di SMA kelas X.2 semester genap saat pelajaran matematika, saya sedang menulis di buku catatan apa yang guru tulis di papan tulis. Tanpa sengaja saya mendengar teman sebelah meja bilang ke teman sebangkunya "Coba kamu tanya pada ibu ini apa manfaat belajar ini (matematika) dalam kehidupan sehari-hari". Sejenak saya berpikir tentang ucapan tersebut dan bertanya pada diri sendiri apa manfaat belajar ini (matematika). Akhirnya saya menyimpulkan sebuah kesimpulan yang sebelumnya tidak ada pernah ada didalam pikiran.

Kesimpulannya adalah bahwa tidak ada manfaat dari belajar matematika dalam kehidupan sehari-hari, kecuali penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Saya mengatakan pada kawan saya tersebut "Oh ya, coba kamu tanya pada ibu apa manfaat belajar ini", dia menyuruh saya saja yang bertanya dan saya menyuruhnya, akhirnya tak ada satupun yang berani bertanya.

Sebelum mendengar kata-kata tersebut, saya sangat suka belajar matematika dan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Di kelas X2 semester ganjil saya mendapat ranking 6, di SD kelas 5 dan kelas 6 semester ganjil saya  mendapat ranking 1 (semester genap kelas 6 tidak tahu ranking berapa karna rapot tidak dibagikan lagi), di SMP kelas 1, 2 dan 3 semester ganjil mendapat ranking 1 ( semester genap kelas 3 sama juga seperti SD rapot tidak dibagikan lagi).

Setelah mendengar kata-kata tersebut saya tidak suka lagi pelajaran matematika dan beberapa pelajaran lainnya kecuali pelajaran komputer, agama dan olahraga. Padahal sebelumnya saya sangat suka pelajaran yang ada hitung-hitungan karena menurut saya pelajaran tersebut mudah dan menyenangkan sama seperti bermain game, yang diperlukan cuma rumus dan ketelitian.

Sekarang saya benar-benar tidak suka lagi matematika dan beberapa pelajaran lainnya, tetapi bukan berarti saya membencinya karena saya pernah melewati hari-hari dengan pelajaran tersebut. Pernah dulu, saya mengikuti olimpiade matematika mewakili SDN 2 Matang Aron di SDN 5 Peureulak dan mendapat juara 2 untuk tingkat gugus. Pernah dulu, ketika kelas 1 SMPN 3 Peureulak saya meminta supaya saya yang dipilih untuk mengikuti olimpiade matematika tetapi saya malah dipilih untuk mengikuti fisika dan saya juga mendapat juara 2 walaupun hanya tingkat kabupaten.

Dulu mendapatkan ranking bagus merupakan target utama karena salah satu alasanya adalah orang-orang beranggapan bahwa yang mendapatkan ranking bagus itu orang pandai sehingga saya rajin belajar untuk mendapatkan rangking bagus. Tapi semenjak mendengar kata-kata tersebut ranking bukanlah target utama, yang penting adalah bagaimana naik kelas dan lulus dari SMAN 1 Peureulak. Karena ranking bukan lagi target utama dikelas X.2 semester genap saya mendapat ranking 6, kelas XI.A1 semester ganjil ranking 15 dan semester genap ranking 8, kelas XII semester ganjil tidak masuk ranking 15 besar dan semester genap tidak diketahui.

Jika saya tidak mendengar kata-kata tersebut mungkin sekarang saya sedang kuliah di jurusan matematika, fisika atau kimia. Setelah lulus SMA saya tidak berminat melanjutkan kuliah. Dan rumus-rumus serta ilmu yang saya dapatkan ketika masih sekolah dulu akhirnya menghilang karena ilmu tersebut tidak dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yang tertinggal hanya nilai pada selembar ijazah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline