Lihat ke Halaman Asli

Begini Penghematan Gubernur Aceh Saat Kunker dengan Pesawat Pribadi

Diperbarui: 7 November 2017   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

BANDA ACEH - Gubernur Aceh, drh. Irwandi Yusuf, M. Sc Baru saja melakukan kunjungan kerja ke 10 kabupaten/kota dengan menggunakan pesawat pribadinya, dari tanggal 25 s/d 30 Oktober 2017.

Perjalanan tersebut hanya menghabiskan biaya sebesar Rp. 1.125.000, untuk membeli 125 liter pertamax sebagai bahan bakar pesawat shark Aero buatan Slowakia miliknya.

Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Aceh Mulyadi Nurdin, mengatakan langkah Gubernur Aceh itu merupakan penghematan luar biasa yang dilakukan oleh pemimpin Aceh dalam melakukan kunjungan ke daerah.

"Ada 10 kabupaten dan kota yang dikunjungi oleh gubernur untuk meninjau proyek-proyek APBA dan Otsus tahun 2017 dengan biaya yang sangat murah, dan ini tidak bisa dilakukan jika bukan dengan pesawat terbang," ujar Mulyadi Nurdin, Rabu (01/11).

Mulyadi Nurdin memberikan contoh perjalanan gubernur dari Banda Aceh ke Aceh Tenggara, jika dilakukan dengan jalan darat akan menghabiskan biaya per mobil tidak kurang dari Rp 1 juta, ditambah lagi dengan kebiasaan konvoi puluhan mobil lainnya yang mengiringi rombongan gubernur, yang tentunya sekali jalan menghabiskan biaya puluhan juta rupiah.

"Dengan menggunakan pesawat, konvoi kendaraan tidak dilakukan, karena gubernur langsung ke daerah tujuan via udara dan setiba di lokasi langsung menggelar pertemuan dengan bupati/wali kota setempat dan melakukan peninjauan proyek-proyek pembangunan," lanjutnya lagi.

Mulyadi Nurdin menambahkan, perjalanan gubernur Irwandi mengelilingi Aceh menempuh jarak sejauh 1.700 kilometer menghabiskan total waktu 6,5 jam terbang. Dalam perjalanannya itu Irwandi Yusuf terbang bersama Ketua Pengendali dan Percepatan Kegiatan (P2K) APBA Aceh Taqwallah.

Gubernur Irwandi memulai penerbangannya dari Bandara SIM Blang Bintang, Aceh Besar menuju Kabupaten Simeulue, kemudian dilanjutkan ke Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Singkil, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Sabang dan kembali ke Bandara SIM.

"Perjalanan udara ini bisa menghemat waktu dan biaya, karena kalau transportasi darat selain jarak tempuh yang menghabiskan cukup banyak waktu, dengan iringan kendaraan yang cukup panjang, jangkauan dari satu daerah ke daerah lainnya juga memerlukan banyak biaya," ujar Mulyadi Nurdin.

Apalagi kata Mulyadi, di Aceh saat ini sudah tersedia 11 bandara yang bisa didarati oleh pesawat, yaitu, Bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh Besar), Bandara Rembele (Bener Meriah), Bandara Malikul Saleh (Aceh Utara), Bandara Exxonmobil Oil (Lhoksukon), Bandara Cut Ali (Tapak Tuan), Bandara Maimun Saleh (Sabang), Bandara Senubung (Gayo Lues), Bandara Syekh Hamzah fansuri (Singkil), Bandara Kuala Batee (Abdya), Bandara Cut Nyak Dhien (Nagan Raya) dan Landasan Perintis Kuala Langsa (Langsa).

Tetapi sayang, Bapak Irwandi Yusuf tidak memeriksa proyek jetty (tanggul laut) yang bermasalah di desa Paya Lipah kecamatan Peureulak Kota. Jetty tersebut masih kurang 30 meter, sehingga nelayan masih susah untuk melaut. Padahal masyarakat sangat berharap pemerintah mau menambah 30 meter jetty lagi karena sudah lebih 10 tahun nelayan susah untuk melaut. Sehingga banyak masyarakat yang dulunya berprofesi nelayan dan juga para pemuda memilih untuk merantau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline