Lihat ke Halaman Asli

Dwi Yulianto

Seorang ayah, suami, pendidik dan semoga Bertemu dengan Nabi Muhammad SAW

Harmoni ...

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam itu terasa menyesakkan bagiku. Entah kenapa aku saat aku berbaring di tempat tidur seperti ada di sebuah tempat sampah yang berbentuk ranjang dan beralaskan sampah bau yang kotor, dan seperti ada di dalam kandang kambing, atau di sebuah hotel berbintang lima tapi khusus untuk ayam pedaging. Sungguh benar-benar malam yang menyiksaku. Aku berbaring kemudian terlentang, beberapa detik kemudian aku menghadap ke bawah lalu berubah lagi posisinya, puncaknya aku menghadap ke bawah dan berhadapan dengan bantal yang sebenarnya wangi seperti bantalnya Julia Robert tapi karena aku sedang gelisah jadi baunya seperti aroma bangkai ikan asin. Singkat kata malam itu malam yang buruk bagiku. Ini diperparah dengan keributan yang terdengar dari kamarku. Bayangkan saja 8 adikku sedang sedang berebut makanan yang disebar oleh ibuku dan kekacauan tak dapat terelakan lagi.

Dan malam itu adalah malam selasa tanggal 9 November 2010.

Salah satu yang membuatku tak tenang adalah pada siang hari itu saat sela kuliah aku berkumpul dengan teman-temanku.

"Eh, kamu udah nulisn berapa artikel di Kompasiana?" tanya salah seorang temanku sebut saja Rani.

" Aku sudah dapat 4 tapi rasanya belum puas" jawab Faizah temanku yang lain.

"Lho bukannya kalo udah 4 sudah selesai semua tugasnya?" tanya Rani lagi

" Iya si, tapi aku kan pingin yang luar biasa bukan cuma biasa" Jawab Faizah lagi dengan muka seriusnya.

Pokoknya hampir semua temanku sudah menyelesaikan tugasnya, aku terdiam dan perotku yang dari tadi pagi hingga pukul 3 sore blum di isi apai kenyang seperti makan telur busuk 1 kilo setelah mendengar percakapan dari teman-temanku. Bagaimana tidak, hingga saat ini aku belum menulis satu artikelpun belum aku buat dan dimasukan k kompasiana. Padahal aku mempunyai penyakit yang sudah akut yaitu tak bisa menulis karena menulis memang musuh bebunyutanku. Selain itu bentuk tulisanku juga sangat buruk dan sangat sulit dibaca. Aku termenung, aku biingung dan aku panik. Apakah aku bisa mengimbangi teman-temanku dan mengejar waktu untuk menyamai teman-temanku yang sudah mempostingkan artikel k kompasiana.

" hehhhhh,,,,,,hhe, bangun" bentak Faizah "kamu sudah nulis berapa di kompasiana?"

Eeemm. . . .mm eeem, , ,empat!!!! Jawabku dengan senyum agak kecut. Padahal satu hurufpun blum tertulisdi kompasiana tapi gngsi donk ahhhh,,,,,,

Masa aku yang dulu dikelas 5 slalu juara 1 yang pada saat main sepak bola bersama adikku aku selalu menang dan mencetak gol dan yang lebih membanggakan lagi aku menjadi siswa teladan nomr 3 dan mendapat uang pmbinaan sebesar 75000 dan rajin membantu orang tua serta rajin menabung.Dengan reputasiku yang sangat membanggakan masa aku harus kalah dengan obrolan macam ni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline