Lihat ke Halaman Asli

Juli Prasetya

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Ketika Hujan Mengalir dalam Darahmu

Diperbarui: 28 Juli 2018   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika hujan mengalir dalam darahmu

Semua nafas menjadi segar, menjadi pagi yang hidup.

Seumpama rumput yang ditetesi gerimis sore hari

Aku keluar melongok jendela, ada kecipak air mengembun pada kulitku masuk menembus sungsum tulang  membentuk sungai masa lalu yang paling   kelam.

Sesekali petir menggendor pintu rumah, daun terbang melewati desir hujan yang paling tabah

Aku terkesima mendapati dirimu kuyup di depan pintu , sambil mengeja masa lalu yang paling piatu

"Kita tak bisa lepas dari masa lalu sayang" katamu di ruang tamu

Aku bergegas menghidupkan suluh menjadi api,  menghangatkan tubuh dari dinginnya mati

"Pelukanmu adalah segala api dalam riangku" katamu, aku kelu lidahku beku, tiba-tiba semua menjadi es. Menjadi malam yang kehilangan heningnya.

Purbadana, 10 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline