Silang pendapat impor beras kembali menghangatkan pemberitaan publik. Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso terang-terangan menolak impor beras dengan alasan gudang penuh.
Seperti dikutip dari www.cnn.com, Budi Waseso mengatakan tak perlu impor karena jumlah pasokan beras di gudang Bulog hingga awal September masih sekitar 2.4 juta ton. Bahkan, ia mengestimasi jumlah pasokan akan bertambah menjadi 3 juta ton pada akhir tahun yang berasal dari dalam negeri.
"Perintah kemarin dari Menteri Koordinator Perekonomian (Darmin Nasution) dan Menteri Perdagangan (Enggartiasto Lukita) bahwa kami harus impor 1 juta ton, tapi kami mau taruh di mana beras itu? Kecuali Menteri Perdagangan menyiapkan gudang atau kantornya beliau mau dipakai jadi gudang beras," ungkap dia. (cnnindonesia.com)
Disisi yang lain, Menteri Perdagangan (Enggartiasto Lukita) memiliki argumentasi tersendiri. Ia menyebut, jika tanpa impor beras kondisi Indonesia dapat mengalami kekacauan.
Impor dinilai penting karena Indonesia terancam defisit beras. Apalagi jika berkaca pada akhir tahun lalu, dimana stok beras di tanah air turun tajam dan stok beras pemerintah di gudang Bulog bahkan sempat minus.
"Ada dua pilihan. Kalau impor pasti di bully, kalau tidak impor siapa pun pemerintahnya akan jatuh dengan chaos. Itu konsekuensi politik yang ada," ujar Enggar saat berkunjung ke kantor Transmedia, Kamis (14/9). (cnnindonesia.com)
Untuk meluruskan silang pendapat ini, mari kita kupas satu-persatu agar ditemukan titik terang apa yang menjadi pangkal dari permasalahan tersebut.
Sudut Pandang Buwas
Sangat bisa dipahami argumentasi Dirut BULOG Budi Waseso menolak impor tambahan sebanyak 1 juta ton. Ada dua argumentasi yang dilontarkan yaitu pertama, menurut Buwas kapasitas gudang BULOG hanya 2,4 juta ton sedangkan stock yang ada sekarang 2,2 juta ton, sehingga jika tambahan beras impor masuk lagi sebanyak 1 juta ton maka akan disimpan dimana. Bahkan sekarang saja BULOG sudah mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyewa gudang-gudang milik swasta.
Kedua, adalah ketidak efektifan operasi pasar yang dilakukan. Dari target yang diperintahkan Mendag kepada BULOG untuk menggelontorkan beras operasi pasar sebanyak 15 ribu ton per hari, namun nyatanya yang terserap hanyalah 1 ribu ton per hari atau jauh dari target. Sehingga alasan inilah yang menjadi dasar kuat bahwa impor beras tidak diperlukan lagi karena persediaan beras baik di masyarakat dan pemerintah sudah mencukupi.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa BULOG hari ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum). Selain harus melaksanakan kegiatan pelayanan publik, BULOG juga dituntut untuk mencari keuntungan dari setiap bisnis yang dijalankan.