Lihat ke Halaman Asli

Julkhaidar Romadhon

Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Potensi Beras Analog Sebagai Alternatif Diversifikasi Pangan

Diperbarui: 11 Mei 2018   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: bogor.tribunnews.com

Masyarakat Indonesia sangat besar ketergantungannya terhadap beras. Bahkan berbagai penelitian menyebutkan hampir 95-98% dari jumlah penduduk Indonesia yang lebih kurang 237 juta jiwa mengkonsumsi beras. Stigma " jika belum makan nasi, belum kenyang " begitu kuatnya melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Jika kita menelisik lebih jauh, sebenarnya banyak sumber alternatif bahan pangan yang lain, seperti singkong, jagung, sagu dan lain sebagainya. Walaupun pemerintah sudah terus-menerus menggaungkan program diversifikasi pangan, tapi masih saja konsumsi terhadap beras tidak mengalami penurunan.

Lalu bagaimana dengan kabar diversifikasi?

Menurut Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Esta Lestari Implementasi kebijakan diversifikasi pangan masih jalan di tempat. Padahal, program tersebut sudah begitu lama dicanangkan bahkan sejak periode pemerintahan sebelumnya. Ia mengungkapkan lemahnya realisasi kebijakan diversifikasi pangan tidak terlepas dari pilihan pemerintah yang kini lebih mengutamakan produksi tanaman pangan padi, jagung dan kedelai (pajale).

republika.co.id

Namun tidak hanya itu saja alasan mengapa diversifikasi berjalan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Ada banyak alasan mengapa masyarakat negeri ini sangat suka makan nasi dan tidak mau beralih ke alternatif pangan lain. Alasan yang sangat masuk akal dan sesuai dengan realita yang ada antara lain dikarenakan ;

(a) nasi masih tetap enak dimakan walau tanpa ada lauk pauk,

Makan nasi saja tanpa ada lauknya masih tetap enak karena terasa gurih dan manis. Ini dikarenakan adanya unsur karbohidrat komplek yang dirubah menjadi senyawa glukosa sehingga memberikan rasa manis. Bahkan ada juga masyarakat yang menambahkan garam sebagai lauk makan mereka walaupun tanpa ikan dan sayur- mayur.

(b) beras mudah diproses atau dimasak

Beras tinggal dicuci, diberikan sedikit air lalu dimasak atau dimasukkan ke magic jar kemudian tunggu beberapa menit hingga menjadi nasi. Coba kita bandingkan dengan singkong yang harus dikupas dulu untuk dibuang kulitnya. Kepraktisan dalam pemrosesan beras menjadi nasi, juga menjadi pemicu ketidakmauan masyarakat beralih ke sumber bahan pokok lain.

(c) beras mudah didapatkan

Beras mudah didapatkan dimana saja, baik di warung, toko, pasar maupun minimarket dan supermarket. Hal ini dikarenakan banyaknya petani yang menanam padi sehingga pasokan beras menjadi lancar. Coba kita bandingkan dengan singkong yang tidak semua warung atau toko menjualnya, kalaupun ada yang menjual itupun kadang hanya sekali-sekali saja dikarenakan sedikitnya pasokan karena petani yang sedikit menanamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline