Suhu politik di dalam negeri semakin memanas. Berbagai upaya dilakukan partai politik (parpol), termasuk para elitnya, supaya bisa ‘berbicara banyak’ dalam perhelatan demokrasi Pemilu 2014. Pada 9 April mendatang merupakan penentuan, parpol mana yang akan keluar sebagai pemenang. Suhu politik semakin bertambah ‘seru’ dengan beberapa lembaga survei yang terus berlomba merilis hasil surveinya.
Menariknya, dari sebagian survei yang dirilis, umumnya menempatkan dua partai; PDIP dan Golkar sebagai penguasa Pemilu 2014. Lalu, kemana Partai Demokrat yang pada Pemilu 2009 sangat digdaya. Didera berbagai persoalan internal dan terungkapnya skandal korupsi yang melibatkan sejumlah kader memang cukup berpengaruh pada popularitas dan elektabilitas Demokrat.
Ketua Umum Demorakt Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentu sangat paham dengan apa yang terjadi dengan partai yang dipimpinnya. Sebagai orang yang sangat tahu dengan kondisi partainya saat ini, SBY tentu sadar bahwa berat bagi Demokrat untuk mengulang sukses 2009.
Meskipun menurut hasil survei beberapa lembaga yang dirilis akhir-akhir ini suara Demokrat relatif naik, namun jaraknya dengan PDIP dan Golkar masih cukup siginifikan. Pertanyaan yang kemudian muncul, siapkah Demokrat menjadi oposisi, ketika tidak bisa memenangi Pemilu 2014.
Ketika pertanyaan itu disampaikan kepada SBY, disinilah muncul sikapnya sebagai seorang Demokrat. SBY cukup tahu harus menjawab apa atas pertanyaan di atas. Dia mengatakan bahwa semuanya masih tergantung pada Pileg, 9 April mendatang. Pernyataan SBY ini mengindikasikan bahwa ada kemungkinan Demokrat tetap berada di jalur pemerintahan, jika presiden yang baru nanti mengajak untuk bergabung atau dari dari awal berkoalisi.
Menariknya dari pernyataan SBY adalah ketika tidak ada yang mengajak Demokrat untuk berkoalisi atau masuk ke dalam pemerintahan, partainya akan siap menjadi oposisi. “Saya kan sudah makan asam garam, sembilan tahun menghadapi kelompok yang merasa oposisi,” kata SBY dalam sebuah jamuan makan malam dengan puluhan pemimpin redaksi media massa yang diselenggarakan pengusaha Chairul Tanjung di Menara Bank Mega, Senin 10 Maret 2014.
Sekilas, pernyataan SBY itu seperti normatif atau diplomatis. Namun, kalau mau didalami lebih jauh, ada pesan yang ingin disampaikan SBY kepada ‘lawan-lawan’ politiknya. Sebagai seorang Demokrat, SBY tentu ingin menegaskan bahwa dia bisa menerima apapun hasilnya Pemilu 2014. SBY yang mengaku sudah makan asam garam dan sembilan tahun berhadapan dengan pihak-pihak yang mengaku oposisi, ingin menunjukkan arti oposisi itu sebenarnya, jika benar-benar mengambil jalan itu.
Kesiapan SBY dan Demokrat ini harus menjadi perhatian juga oleh para lawan politik. Artinya, pengalaman sebagai partai pemerintah selama dua periode dan sudah terbiasa berhadapan dengan ‘oposisi’ bisa menjadi kelebihan Demokrat dalam menyikapi dan menghadapi hasil Pemilu 2014. Artinya, siapa pun pemenang Pemilu 2014, harus menghitungkan peran Demokrat. Apalagi, di Demokrat masih ada sosok SBY, presiden yang sangat diterima oleh dunia internasional, masih memiliki akar rumput yang kuat di masyarakat, serta memiliki pemikiran-pemikiran yang baik untuk Bangsa Indonesia.(***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H