Saat masih kecil saya selalu bingung, kenapa nasi putih dibilang 'jahat', sedangkan nasi merah dibilang 'baik'?
Waktu itu saya masih SMP saat ibu saya tiba-tiba mengganti nasi di rumah kami dengan nasi merah. Ibu saya bilang nasi putih itu 'jahat', dan nasi merah lebih 'baik'. Saya ingat, tidak lama setelah itu saya pergi ke Bandung untuk menemani nenek mengunjungi saudaranya yang berusia 94 tahun. Saya semakin bingung karena selama seminggu saya disana, saya melihat beliau setiap hari makan layaknya orang dulu, yaitu apapun lauknya, selalu ditemani dengan nasi putih yang agak menggunung. Beliau berusia 94 tahun dan masih sangat FIT, masih bisa melakukan jongkok-bangun, masih datang ke pabrik setiap hari, dan tidak ditemani oleh penyakit kronis/ metabolik (gula, kolesterol, dll).
Sejak saat itu, saya jadi sering mengamati saudara-saudara dan teman keluarga saya yang hidup sehat sampai usia 80-90an, dan sepengetahuan saya, mereka semua makan nasi putih sepanjang hidupnya. Lalu kenapa nasi putih dibilang 'jahat'?
Bukan hanya di lingkungan hidup saya, tim riset yang dipimpin oleh Dan Buettner, award winning & NYT bestselling author, melakukan studi dan menemukan bahwa penduduk Okinawa (Jepang) dan Nicoya (Costa Rica), 2 dari 5 populasi dengan angka harapan hidup paling tinggi di dunia, juga rutin mengkonsumsi nasi putih! Bukan hanya panjang umur, populasi Blue Zone ini juga memiliki angka penyakit kronis/ penyakit degeneratif yang sangat rendah. (1, 2)
Jika nasi putih memang 'jahat', kenapa orang-orang yang rutin makan nasi putih tersebut bisa sehat sampai tua?
Memang, pengamatan saya hanya merupakan anecdotal evidence, dan studi Blue Zone tersebut juga hanya merupakan observational evidence, keduanya tidak dapat dikatakan sebagai bukti yang 'rock-solid'. Butuh penelitian langsung berupa intervensi terkontrol untuk dapat benar-benar membuktikan bahwa nasi putih tidaklah 'jahat'.
Penelitian Terkontrol
Seorang peneliti bernama Walter Kempner membuat penelitian intervensi terkontrol tentang efek nasi putih pada berat badan dan marker-marker kesehatan. (3)
Penelitiannya sederhana, 106 orang pasien obesitas diberikan 'white rice diet', yaitu diet yang didominasi oleh konsumsi nasi putih, tetapi dengan total porsi (total energi/ kalori) yang sedikit. Hasilnya, 106 pasien obesitas tersebut, mendapatkan penurunan berat baan secara rata-rata 64kg, dengan penurunan BB tertingggi sebesar 137kg. Mereka juga mendapatkan perbaikan kadar gula darah, tekanan darah, trigliserida, kolesterol, dan asam urat. (3)
Jika nasi putih itu memang 'jahat', bagaimana mungkin 106 orang tersebut bisa mendapatkan penurunan BB ~64kg, dan mendapatkan peningkatan kesehatan yang sangat signifikan dengan diet yang 90-95% nya nasi putih dan buah (karbo simple)? (3) Peneliti yang sama, juga mencoba diet tersebut (white rice diet) pada penelitian dengan subjek pasien diabetes, dan mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan. (4)