Lihat ke Halaman Asli

Julius Pranajaya Tan

Mahasiswa S1 Teknik geofisika ITB

Mengungkap Fenomena Lubang Runtuhan (Sinkhole), Peran Geofisika dalam Deteksi dan Mitigasi

Diperbarui: 4 Desember 2024   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Runtuhan yang terjadi di Sukabumi yang terus membesar (Sumber: TribunJabar/Istimewa Via regional.kompas.com)

Pada tanggal 23 Agustus 2024, masyarakat Kuala Lumpur dikejutkan oleh peristiwa yang mencengangkan. Di kawasan Jalan Masjid India, sebuah lubang runtuhan (sinkhole) tiba-tiba terbentuk di trotoar, menyebabkan seorang turis asal India terjatuh ke dalam lubang sedalam 8 meter. 

Fenomena serupa juga pernah terjadi di Sukabumi, Indonesia, pada 2018 hingga 2019. Bahkan, lubang-lubang yang terbentuk terus membesar, sehingga menimbulkan ketakutan akan kerusakan yang lebih parah. Insiden ini memunculkan kekhawatiran besar terkait keamanan infrastruktur dan keselamatan publik di kawasan perkotaan.

Hal tersebut memperlihatkan betapa pentingnya memahami karakteristik geologi bawah permukaan suatu wilayah. Potensi terjadinya runtuhan tidak kasat mata dari permukaan, sehingga kejadian seperti ini tidak dapat diprediksi dengan baik. Pendekatan ilmiah menggunakan teknologi geofisika, khususnya metode geolistrik dan seismik refraksi, memberikan solusi untuk mendeteksi keberadaan rongga bawah tanah sebelum terjadi keruntuhan.

Apa itu Lubang Runtuhan (Sinkhole)?

Lubang runtuhan atau sinkhole adalah fenomena ketika permukaan tanah runtuh akibat adanya rongga bawah tanah yang tidak lagi mampu menopang lapisan di atasnya. Rongga ini biasanya terbentuk di wilayah yang memiliki jenis batuan batugamping (limestone), yang tersusun atas kalsium karbonat. Menurut Waltham dkk. (2005), batugamping mudah larut oleh air hujan yang bersifat asam. 

Proses pelarutan ini menciptakan rongga bawah tanah yang semakin membesar seiring waktu. Ketika rongga tersebut mencapai ukuran tertentu, lapisan tanah di atasnya tidak lagi stabil dan akhirnya runtuh.

Fenomena ini lebih sering terjadi di daerah yang dikenal dengan lanskap karst, yakni wilayah dengan batuan yang mudah larut seperti batugamping atau dolomit. Sinkhole bisa muncul secara alami, tetapi juga dapat diperparah oleh aktivitas manusia, seperti penggunaan air tanah yang berlebihan atau konstruksi yang tidak mempertimbangkan kondisi geologi setempat. Oleh karena itu, deteksi awal terhadap rongga bawah tanah menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko runtuhan.

Peran Geofisika dalam Deteksi Lubang Runtuhan

Teknologi geofisika memungkinkan kita "melihat" kondisi bawah permukaan tanpa melakukan penggalian langsung. Dua metode utama yang sering digunakan dalam mendeteksi keberadaan rongga bawah tanah adalah metode geolistrik dan metode seismik refraksi.

1. Metode Geolistrik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline