Lihat ke Halaman Asli

Good & Effective Leadership, Pemimpin yang Ditunggu Kehadirannya!!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

To be a great leader, a leader must inspire, motivate, govern, collaborate and negotiate: no mean feat even with excellent communication skills. Leadership is, more than ever, a two - way process, In the end, without willing followers, you cannot lead. Menurut Jhon Maxwell, salah seorang pakar kepemimpinan Global, semua orang punya potensi menjadi pemimpin, yang berbeda hanya derajat bakatnya saja, namun demikian potensi itu harus dikembangkan. Oleh karenanya lembaga - lembaga untuk mendidik seorang menjadi pemimpin yang baik dan efektif sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama di negara kita ini. kepemimpinan yang efektif harus dipelajari dan diraih. Belajarlah dan raihlah !!!. anda bisa meraih kepemimpinan, jika rakyat melihat anda sebagai pemimpin yang bekerja untuk rakyat atau demi kepentingan banyak orang. Jadilah juga pemimpin yang terus bertanya pada diri sendiri, tentang hal -  hal  terbaik yang bisa dilakukan. Para pemimpin ditingkat apapun, yang berkiprah saat ini adalah mereka yang ingin menjadi pemimpin, mereka berlatih dan memperaktekkan kepemimpinan. Mereka maju, berkampanye, dan mengatakan ingin melayani masyarakat dan kemudian memengaruhi masyarakat untuk memilih dia. yang menjadi persoalan adalah, begitu mereka terpilih semua janji terlupakan. Mereka kemudian sibuk sendiri dan melayani kepentingannya sendiri. Mereka terbenam dalam kelemahan manusia, dimana seorang yang semakin kuat, semakin makmur, cenderung menginginkan kekuatan dan kemakmuran yang lebih. Mereka tidak pernah puas... Kepemimpinan yang efektif menuntut seseorang untuk untuk tidak menggunakan kekuasaan demi kehormatan dan keagungan pribadi. Mereka mengutamakan kekuatan pribadi ( personal power), bukan menggunakan kekuasaan sebagai posisi ( positional power). Personal power merujuk pada kemampuan berhubungan, berurusan, dan memengaruhi orang lain untuk tujuan dan arah yang baik. Jika seorang pemimpin hanya memanfaatkan dan memanipulasi orang - orang yang ia pimpin, maka nasib pemimpin akan berakhir. Pemimpin yang baik tidak memanfaatkan atau memanipulasi orang - orang yang mereka pimpin untuk kepentingan pribadinya sendiri, inilah perbedaan yang kontras soal penggunaan kekuasaan antara ‘positional power' dan ‘personal power'. Ciri utama pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki ‘KARAKTER', sosok seorang pemimpin yang memilikikejujuran,integritas, kredibilitas dan kepedulian serta memiliki ciri sebagai pelayan. Pemimpin harus mampu mengembangkan visi dan misi yang sesuai dengan nilai - nilai yang berlaku dilingkungannya, harus punya komitmen pada pelaksanaan visi dan misi. Saat ini banyak pemimpin yang tidak memiliki semangat dan keberanian, karena tidak punya komitmen pada visi dan misi, karena takut... Pemimpin harus Fokus pada masa depan, serta memiliki kompetensi dan pengetahuan memberi arah dan petunjuk yang jelas tentang visi dan misi. Kejelasan pengarahan seorang pemimpin sangat diperlukan, bahkan termasuk dalam situasi yang tidak jelas sekalipun. Pemimpin harus memiliki semangat untuk bersikap dan bertindak, harus memiliki spiritualisme, karena dengan spiritualisme itu setiap semangat, pikiran dan tidakannya menjadi terkait dengan Tuhan. Di dalam diri pemimpin yang religius, akan hadir sikap menghormati orang yang tidak setuju dengannya. Ini adalah pemimpin yang tidak mengandalkan kekuasaan. Pemimpin yang religius dan demokratis akan mendapat respons positif, namun kepemimpinan serupa ini tidak mudah didapat. Sebagai contoh ada banyak pemimpin yang memilih Ibu Theresa sebagai model kepemimpinan. Mereka melihat kesederhanaan dan pengorbanan pada ibu Theresa, yang menginspirasikan semangat dan kesediaan menderita, tidak mudah memang, tapi jika bisa, orang akan respek dan mendengar anda. Nelson Mandela, ia punya daya tahan dan tidak dendam. Setelah bebas dari penjara, ia tidak berbicara tentang memaafkan. Yang umum terjadi di negara berkembang. Pada awalnya mereka berniat kuat menjadi pemimpin, namun setelah terpilih keinginan untuk melayaninya surut, mereka juga enggan mendapat masukan dari orang lain. Mereka melupakan janji - janji yang pernah terucap, menjadi arogan dan egois...Ketamakan pada Kekuasaanlah yang mendikte sikap dan prilaku mereka. Ini memang sebuah tragedi dan memang pula tidak mudah !!!. Bagaimana CARA mendapatkan PEMIMPIN yang peduli pada rakyat dan cenderung tidak menyalahkan orang lain ?, Pers dan citizen journalist seperti Blog Kompasiana ini, tentu saja dapat berperan optimal untuk membantu para pemimpin di negara ini. Persoalannya adalah banyak pers yang mengambil posisi aman, takut konflik setelah pemerintah mengambil tindakan. Menjadi pers sesungguhnya memang tidak gampang, dalam keadaan yang tidak demokratis, kita memerlukan pers yang genuine, dan pemimpin harus bisa ditolong, jika tidak ia kan menjadi diktator. Media bukan untuk menyerang tetapi memberi pertolongan dengan memberi analisa yang baik dan benar sehingga dapat melakukan yang terbaik bagi para pemimpin. Bayangkan jika Bung Karno setelah 11 maret 1966, Gus Dur setelah 21 Oktober 2001, serta pak Harto setelah 21 mei 1998, tidak cukup bijak dalam menghadapi masalah - masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dan ingin tetap bertahan menjadi presiden RI, apa yang akan dihadapi bangsa Indonesia kemudian ?,  untuk menjawab hal ini biarlah hanya ALLAH yang tahu..., semoga ALLAH selalu melindungi bangsa Indonesia dalam menjaga kesatuan dan persatuan bagi NKRI yang kita cintai bersama ini, amiennn....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline