Terkadang ketika kita telah melaksanakan kewajiban kita secara seksama dan mulai menuntut hak yang menjadi milik kita. Masih saja terdapat orang-orang yang menggunakan berbagai macam cara untuk melanggar hak yang kita miliki itu. Mereka mengatasnamakan kepentingan bersama untuk melancarkan aksinya. Jika kita melihatnya secara seksama dan mengkritisinya secara mendalam maka kepentingan bersama yang mereka katakan itu, masih memiliki kepentingan lain di dalamnya. Atau yang Robert k merton disebut sebagai latent function( fungsi yang tidak disadari). Menurut pengertian sederhana, fungsi manifes adalah fungsi yang diharapkan (intended), sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan (nonintended) (Merton, 1967). Misalnya di sebuah sekolah penggunaan smartphone dilarang karena dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Namun dibalik kepentingan bersama tersebut juga ada kepentingan pribadi para pendidik yang malas untuk mengawasi para murid secara intens. Contoh lain misalnya para guru di suatu sekolah ingin menertibkan rambut para murid yang Panjang. Namun karena keterbatasan tenaga pengajar dibuatlah sebuah lomba rambut siapa yang paling rapi akan mendapat penghargaan. Dari kedua contoh di atas dapat kita lihat bersama bahwa dibalik kepentingan pasti terdapat kepentingan lain yang menguntungkan institusi yang membuat kebijakan. Keadaan ini membuat kita bertanya-tanya apakah tidak ada yang namanya kepentingan bersama atau mereka sengaja menciptakan kebijakan demi memenuhi kepentingan pribadi dibalik kepentingan bersama? Tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Karena pada dasarnya dibalik sebuah kebijakan pasti tersembunyi niat yang tidak diketahui banyak orang. Terlebih lagi masih banyak orang-orang yang terpesona dengan fungsi-fungsi positif dari suatu kebijakan yang sebenarnya bersifat utopisme. Robert k merton juga mengkritisi hal yang sama di dalam struktural fungsionalisme. Pertama adalah postulat kesatuan fungsional masyarakat. suatu keadaan dimana dari sistem sosial bekerja sama postulat ini berpendirian bahwa "semua keyakinan dan praktek kultural dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai satu-kesatuan mandalam satu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang menandai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau di atur". Robert K. Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi fungsional bagi individu dalam masyarakat tertentu, akan tetapi terjadi disfungsi bagi individu dalam masyarakat lain. Robert K. Merton menegaskan bahwa disfungsi (elemen disintegratif) tidak boleh diabaikan hanya karena orang begitu terpesona oleh fungsi-fungsi positif. Ia juga menegaskan apa yang fungsional bagi suatu kelompok dapat tidak fungsional bagi keseluruhan, oleh karena itu batas-batas kelompok yang dianalisis harus terperinci (Malden, Mass. Blackwell, 2000).
Maka tidak heran terjadi banyak demo dan aksi massa karena kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah maupun instansi. Hal ini disebabkan oleh munculnya sikap kritis dan rasa pemberontakan yang muncul karena hak dan zona nyaman mereka diganggu oelh kepentingan pribadi lembaga atau instansi tertentu. Sebenarnya konflik-konflik tersebut akan terjadi jika kebijakan-kebijakan dibuat dengan musyawarah bersama. Sehingga tidak ada kepentingan yang tersembunyi di antara sesamanya. Dan aksi massa serta pemberontakan dapat diminimalisir bahkan di cegah. Akan tetapi, konsep berpikir seperti ini agaknya memang sengaja dihindari oleh beberapa oknum yang memang ingin kepentingannya di dahulukan di atas kepentingan bersama.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang katanya manusia Indonesia. Sudah seharusnya mendukung musyawarah dan mufakat dalam menentukan kebijakan. Tidak peduli tua muda. Rendah tingginya jabatan. Yang terpenting adalah keterbukaan dan kebersamaan supaya tidak terjadi konflik yang disebabkan keserakahan pihak-pihak tertentu yang peduli dengan kepentingannya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI