Pagi itu, aku terbangun karena suara ketukan keras dari arah pintu kamarku. Dengan sedikit malas, aku melangkah gontai menuju pintu tersebut. Ketika pintu itu terbuka, tiba-tiba aku ditarik keluar oleh seseorang yang aku kenal.
"Diri, kamu nggak papa kan?" tanya seorang gadis manis bernama Bu, yang aku kenal di lapangan balai kota ketika kami melakukan aksi massa kemarin.
"Kenapa emangnya, Bu?"
"Itu, Dir, tadi anak-anak yang ikut aksi massa kemarin katanya mau dihabisin semua."
"Apa???" teriakku kaget. "Lalu Nuh di mana sekarang?"
"Aku nggak tahu, aku pikir Nuh sama kamu," jawab Bu sambil menatap cemas ke arahku.
"Loh, kemarin dia bilang sama aku dia mau pergi rapat sama anak-anak HMI buat lanjutin aksi massa di istana."
"Enggak ada, Dir. Dari kemarin aku sama anak-anak nggak ada ketemu sama Nuh," tegas Bu, matanya mulai berair karena cemas.
"Yaudah, aku ganti pakaian dulu, baru kita cari Nuh sama-sama."
Setelah berganti pakaian, aku dan Bu mulai mencari Nuh. Kami mulai dari kafe tempat kami biasa berdiskusi, hingga ke kos tempat Nuh biasa menginap. Semua tempat itu kami datangi, namun Nuh tetap tak kami temukan. Aku semakin was-was, karena memang beberapa demonstran seperti Bu, Nuh, dan aku menjadi incaran perusahaan yang kami tuntut kebijakannya.
Setelah hampir satu malam mencari, kami masih belum menemukan titik terang tentang di mana Nuh berada.