Lihat ke Halaman Asli

julio purba kencana

Hanya orang di persimpangan kiri jalan

Reformasi Sistem dan Bertransformasi bersama Sebagai Jawaban Permasalahan Warga Negara Buta Aksara dalam Paradigma Kritis

Diperbarui: 5 Februari 2023   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (foto: indonews.id)

Sudah 77 tahun sejak negara Indonesia merdeka dari penjajahan dan eksploitasi belanda dan jepang. Akan tetapi negara Indonesia masih saja berada dibawah penjajahan kebodohan. Hal ini tampak dari banyaknya warga negara Indonesia yang tidak bisa membaca atau buta aksara. Tidak ada yang tau betul mengenai apa yang terjadi sehingga negara yang sudah merdeka selama 77 tahun masih mengalami ketertinggalan terutama dalam masalah Pendidikan. Negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan seharusnya menjadi negara maju bahkan adidaya malah tetap menjadi negara tertinggal karena kualitas sumber daya manusia nya. Keadaan memprihatinkan ini memunculkan berbagai macam pertanyaan seperti, apa yang terjadi? Mengapa negara yang begitu kaya malah menjadi negara yang terbelakang? Apakah yang menyebabkan kualitas sumber daya manusia di negara begitu rendah?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin saja pernah terlintas dipikiran kita sebagai warga negara Indonesia. Permasalahan  buta aksara memang sangat memprihatinkan. Di mana ketika negara-negara lain sibuk dengan berbagai macam permasalahan teknologi. Negara kita malah masih sibuk dengan masalah yang menurut saya sudah ketinggalan zaman. Apa sebenarnya yang menyebabkan kita masih saja berada dibawah bayang-bayang masalah Pendidikan? Jawaban pertanyaan ini tidak lain tidak bukan adalah sistem Pendidikan di negara Indonesia itu sendiri. Pendidikan yang sebenarnya luas telah direduksi ke dalam Pendidikan positivism yang mana hanya bersifat empiris-analitis. Selain itu, dominasi kepentingan di antara elite politik yang hanya memikirkan kekuasaan menjadi penyebab utama terbengkalainya Pendidikan di Indonesia. 

Banyak orang yang mengatakan bahwa permasalahan buta aksara terjadi karena kurangnya minat literasi. Saya menolak pernyataan ini secara tegas, mengapa? Menurut hemat saya akara permasalahan ini bukanlah kurangnya minat  dalam berliterasi, melainkan karena positivisme dan dominasi politik. Karena bagaimana mungkin warga negara Indonesia bisa memiliki minat untuk berliterasi kalau membaca saja tidak bisa. 

Dominasi politik dan positivisme Pendidikan di Negara Indonesia memang menjadi hambatan utama dari permasalahan banyaknya warga negara yang buta aksara. Bagaimana tidak pemerintah dan elite politik yang sibuk pencitraan diri demi kedudukan membuat warga negara ini menjadi pesimis dan pasrah akan keadaan mereka. Tidak ada yang dapat dipercaya selain pekerjaan mereka untuk mendapatkan sesuap nasi. Karena itu, dari pada belajar lebih baik bekerja. Mungkin itulah gambaran pemikiran kebanyakan warga negara Indonesia. 

Kepesimisan ini muncul bukan tanpa sebab, melainkan karena bias dari kemuakan mereka mendengar janji-janji omong kosong yang sering mereka dengar ketika musim kampanye jelang pemilu. Mereka muak dengan janji ini dan itu, padahal yang nyatanya adalah mereka tetap saja tertindas dibawah sistem yang negara ini ciptakan. Mereka muak dininabobokan oleh ideologi utopisme yang sering keluar dari mulut para elite politik. Itulah akar dan penyebab utama dari permasalahan buta aksara di negara Indonesia.

Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk dapat mengatasi permasalahan yang sudah terlalu lama mengakar di negara Indonesia. Tidak ada yang dapat kita lakukan kalau sistem dan dominasi di negara ini masih sama. Mungkin terdengar pesimis namun itulah kenyataannya. Karena segelintir orang saja tidak akan mampu menyingkirkan raksasa yang sudah duduk terlalu lama menutupi sinar matahari. Itulah analogi untuk permasalahan buta aksara di negara ini. 

Jika ingin mengatasi permasalahan ini maka kita harus berani untuk mereformasi sistem yang ada dan bertransformasi bersama. Memang sulit karena tidak banyak orang yang suka keluar dari zona nyamannya. Namun itulah jalan satu-satunya. Itulah cara agar permasalahan buta aksara dapat kita akhir. Reformasi sistem dan bertransformasi bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline